PWMU.CO– Musim penerimaan rapor Semester Gasal Tahun Pelajaran 2017/2018 telah tiba. Guru harus bijak menyikapi momen rapotan ini sebab kalau tidak bijak akan berdampak buruk bagi dirinya, bagi anak didiknya, dan juga sekolah (pendidikan).
Hal tersebut dikemukakan guru yang juga psikolog SD Muhamamdiyah 4 Pucang Surabaya (Mudipat) Mulyana AZ SPd MPsi saat ditemui PWMU.CO di ruang kerjanya, Jumat (15/12/2017).
Kandidat doktor Psikologi Unair itu lebih lanjut mengatakan, guru jangan ngawur. Guru tidak perlu detail mengurutkan siapa yang paling bodoh dan siapa yang paling pintar di dalam kelas lalu ‘disyiarkan’ ke khalayak. Menurutnya itu sama sekali bukan tujuan dari pendidikan.
Baca: https://www.pwmu.co/43720/2017/11/ahli-psikologi-bicara-tentang-pernikahan-abg-16-tahun-yang-viral/
“Tolak ukur keberhasilan seorang guru bukan hanya sekedar nilai angka-angka. Tapi lebih pada bagaiman guru mampu membentuk karaker, sikap, dan perilaku anak menjadi insan yang mulia,” jelasnya.
Dikatakan Mulyana, nilai dalam rapor harus benar-benar merupakan rekam kompetensi siswa. Bukan hasil belas kasihan guru. Sebab salah satu indikator keberhasilan siswa memang bisa dibaca dari nilai di rapor.
“Sebisa mungkin guru memoleskan tintanya dalam rapor dengan bijak. Sehingga si anak menjadi senang dan orang tua akan bangga,” kata Ketua Majelis Pustaka PWM Jatim itu.
Namun, lanjutnya, bukan berarti guru menyulap nilai. Guru harus melewati jalan yang baik dan benar dalam proses agar anak bernilai baik. Misalnya di bulan pertama dan kedua guru sudah mengidentifikasi anak yang nilainya kurang atau buruk.
Baca juga: https://www.pwmu.co/44867/2017/12/mantapkan-pemantapan-pendidikan-karakter-di-prigen/
“Guru harus telaten, dengan memberikan remidi, mungkin. Sehingga rapor anak didiknya menjadi baik,” tukasnya.
Mantan Kepala SD Mudipat itu nenegaskan, kini model rangking dalam rapor sudah tidak relevan. Makanya harus dihapus, karena tidak menyehatkan anak dan orangtuanya. Guru dan juga orangtua sangat haram merangking, apalagi membanding-bandingkan anak yang satu dengan yang lain. Nilai di rapor hanya aspek kognitif saja. Masih ada aspek afektif dan psikomotorik anak yang harus digali.
“Misalnya menguak keberbakatan, kepemimpinan, dan sikap sosial bermasyarakat dari diri anak. Sebab nilai-nilai itulah yang teramat berharga jika anak sudah terjun ke masyarakat,” tandasnya. (mul)