
PWMU.CO – “Saya menjadi anggota Aisyiyah tidak ujug-ujung. Tapi memulai dari kader kintilan. Saya ngintil (ikut) ibu dalam beraktivitas dakwah sejak masih ingusan.”
Begitulah ungkapan Hafifah Imtihanah dalam Baitul Arqam Pimpinan Daerah Aisyiyah (PDA) Kabupaten Pamekasan Ahad (17/12/17) pagi. Sebanyak 50 peserta berdecak kagum mendengar kalimat yang tak biasa tersebut.
Terlihat seorang ibu mengelus kepala anaknya seakan menyemogakan ucapan Ketua Majelis Pembinaan Kader (MPK) Pimpinan Wilayah Aisyiyah Jawa Timur itu. Sedangkan ibu yang lain ingin meniru cara tersebut. “Setujuuu…,” seru mereka di Aula Panti Asuhan Muhammadiyah Pamekasan itu, saat pemateri bertanya apakah bersedia mengkader anak-anaknya.
Hal itu sejalan dengan materi yang disampaikan sarjana pertanian ini: “Kepemimpinan dan Transformasi Kader.”
Mirisnya melihat krisis kader Muhammadiyah dan organisasi otonom saat ini, perkaderan keluarga seakan menjadi jawaban yang menjanjikan.
“Program ini sedang kami godok bersama Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jatim. Nanti anggota keluarga yang bekerja di amal usaha Muhammadiyah harus masuk ke ortom,” lanjutnya.
Nenek yang masih terlihat muda meski memiliki 3 cucu ini pun menerapkan perkaderan kintilan pada putrinya. Terlihat beberapa kali diajak rapat atau mengisi materi, bahkan kini dimasukkan ke dalam jajaran anggota MPK PWA.
“Tidak apa-apa awalnya senang ikut ibunya, kemudian melihat ibu-ibu Aisyiyah pintar-pintar, lama kelamaan ingin jadi seperti mereka,” terang ibu asal Pacet tersebut.
Hafifah Imtihanah membuktikan ternyata kader kintilan itu bisa lebih matan dan militan. Ayo ngintil! (Erfin Walida)
Discussion about this post