Latihan Ketulusan
Manusia mudah tergelincir ke dalam maksud maksud tersembunyi yang menyebabkan tindakannya berbeda antara yang tampak di luar dengan yang tersembunyi di dalam. Ketulusan adalah sesuatu yang ringan untuk dikatakan tetapi sangat berat untuk bisa diwujudkan. Perlu latihan terus menerus agar kita memiliki kekuatan batin. Latihan ketulusan pada dasarnya adalah latihan mengalahkan diri sendiri. Menyisihkan pamrih tidak gampang karena pamrih sering menyusup dalam jiwa kita secara halus.
“Aku selalu mengkhawatirkan umatku pada syirik kecil,” kata Nabi.
“Apa itu syirik kecil, ya Rasulullah?” “Riya’ (pamrih),” jawab Nabi.
(Baca juga: Di Sel Tahanan, Buya Hamka Nyaris Putus Asa)
Salah satu latihan membangun ketulusan dan mengalahkan diri sendiri adalah berpuasa. Ibadah puasa melatih kita bukan saja meninggalkan perbuatan haram yang dilarang agama, tetapi juga menunda keinginan yang sebenarnya boleh dilakukan. Makan dan minum serta hubungan suami istri dibolehkan. Tetapi lewat puasa kita dilatih untuk menunda keinginan itu. Dengan kata lain dilatih mampu mengendalikan diri.
Sungguh besar manfaat dari kemampuan mengendalikan diri karena mengendalikan diri adalah kunci keseimbangan hidup. Banyak malapetaka terjadi yang bersumber dari ketidakmampuan mengendalikan diri. Bangsa ini terpuruk akibat dari ketidakmampuan mengendalikan diri. Maka penyembuhannya, faktor pengendalian diri harus menjadi sikap kita. Fenomena yang sering tampak dalam kehidupan kita sekarang justru semakin lemah kemampuan mengendalikan diri. (*)
Kolom Nur Cholis Huda, Wakil Ketua PWM Jatimi ini, bisa dibaca pada buku Anekdot Tokoh-Tokoh Muhammadiyah dengan judul “Ada Udang di Balik Batu” (Hikmah Press, Surabaya)