PWMU.CO – Keaktifan berlebih seorang aktivis atas nama dakwah membesarkan Persyarikatan terkadang menimbulkan masalah dalam keluarga. Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur Nadjib Hamid mengungkapkan, tidak sedikit anak yang trauma menjadi anak seorang aktivis.
Hal itu, kata Nadjib, dipicu karena melihat aktivitas orangtua yang—merupakan pimpinan atau aktivis Persyarikatan—supersibuk sehingga jarang berada di rumah bersama keluarga. ”Apa wong ayah nggak pernah pulang,” ujar Nadjib menirukan ucapan salah anak seorang pimpinan Persyarikatan yang pernah ditemuinya.
Menurut Nadjib, persoalan ini terjadi lantaran aktivitas dakwah yang mereka lakukan tanpa melibatkan keluarganya. ”Jeritan keluarga aktivis ini tidak boleh diabaikan,”ungkapnya dalam Workshop Model Perkedaren Keluarga Majelis Pendidikan Kader (MPK) Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM)-Pimpinan Wilayah Aisyah (PWA) Jawa Timur di Auditorium Nyai Walida SMA Muhammadiyah 2 Sidoarjo, Sabtu (6/1/18).
Dari sini, sambungnya, pelajaran berharga yang bisa dipetik adalah anak tokoh tidak otomatis akan mengikuti jejak orang tuannya menjadi pimpinan maupun aktivis Persyarikatan di masa depan. ”Butuh keteladanan kita untuk menjaga kelangsungan keluarga aktivis Muhammadiyah,” tegasnya. (Aan)