PWMU.CO – Anggapan di masyarakat awam yang turun-temurun dari nenek moyang tentang ziarah wali menjadi topik menarik dalam Pengaian Ahad Pagi, di Masjid At Taqwa Giri, Kebomas, Gresik, (21/1/18).
Pimpinan Pondok Pesantren Al Islah Lamongan Drs KH Muhamamd Dawam Saleh menyampaikannya saat iseng melihat Makam Sunan Giri di Kebomas Gresik yang dipenuhi peziarah, sebelum pengajian dimulai.
“Saya belum pernah berziarah di makam Sunan Bonang, Sunan Giri, atau wali yang lain,” tutur Kyai Dawam.
Lulusan Pondok Pesantren (Ponpes) Modern Gontor tahun 1977 ini menceritakan masyarakat percaya wali-wali itu masih hidup, mendengar, dan mendoakan kembali doa-doa kita.
“Ketika KH Ainurrofiq (alm), putra pahlawan nasional sekaligus Ketua PP Muhammadiyah KH Mas Mansur, berkunjung dan berdakwah di desanya. Dia berkata jika wali-wali itu masih hidup, potong leher saya,“ ujarnya.
Kyai Dawam melanjutkan, spontan masyarakat di desa Kyai Ainurrofiq (alm) bergolak dan tidak menerima pendapat itu.
“Kesyirikan itu tumbuh subur hingga sekarang,” jelas Dawam. Salah satu faktornya adalah adanya upaya menggalakkan dan mengangkat budaya-budaya yang berakar dari anggapan atau pendapat leluhur. “Bukan berdasar Alquran,” ucapnya.
Pendiri ponpes yang dibangun tahun 1986 di Kecamatan Paciran, Lamongan ini mengungkapkan kesyirikan itu tidak hanya di Indonesia, bahkan mendunia.
“Dari sebuah media tv kabel, cucu Syeh Abdul Qodir Jaelani menceritakan kakeknya jika akan berziarah ke makam Rasulullah, beliau sangat hormat. Tiga km sebelum makam, alas kakinya sudah dilepaskan. Jalannya pun diatur, tangan tak melambai, tangan diletakkan seperti sedang shalat. Begitu sampai makam, Rasulullah pun menyambutnya,” ungkapnya.
Lulusan Fakultas Filsafat Universitas Gajah Mada (UGM) tahun 1983 ini merasa aneh karena cerita itu selalu dipercaya 100 bahkan 1000 persen oleh sebagian orang.
“Maka hanya orang-orang yang sanggup memaknai ayat-ayat Alquran dan Assunnah dengan baiklah yang dapat bersikap bijaksana dan selamat dunia akhirat,“ pesan pimpinan ponpes yang menaungi SMP Muhammadiyah (SMPM) 12 Lamongan, Madrasah Aliyah (MA) Al Islah, dan Sekolah Tinggi Ilmu Alquran dan Sains (Stiksi) Lamongan ini.
Syirik, kezaliman terbesar! (Mahfud Efendi/TS)