PWMU.CO – Jangan katakan “pinjam” jika mengajarkan anak tentang pengurangan. Hal ini ditegaskan Primary Mathematics Trainer Dicky Susanto EdD dalam Oxford Professional Development for Primary Science and Maths Teachers di Swiss Belinn Tunjungan Surabaya, Sabtu (3/2/18).
“In real life, if we borrow something, then we must return it! Right!” tegas Dicky —sapaan akrabnya— disambut tawa peserta.
Dicky mengingatkan dalam kehidupan nyata, jika kita meminjam sesuatu, maka kita harus mengembalikannya, tapi kita tidak melakukan pengembalian itu ketika mengajarkan pengurangan.
“Remember, we do not just teach maths, but how students get meaningful learning,” jelasnya.
Head of Centre for Learning Excellence at Indonesia Institute of Life Science tersebut menyarankan sebagai guru, agar tidak hanya mengajar matematika saja, tapi bagaimana siswa mendapat pembelajaran yang bermakna.
Seperti halnya pengurangan, lanjutnya, jika kita mengajarkan teknik meminjam tanpa mengembalikan, bisa jadi anak berpikir bahwa meminjam itu boleh tidak mengembalikan.
“Jadi, ayo kita ubah pilihan kata dan cara mengajar kita. Kita bisa mengajarkan pengurangan dengan cara bersusun tanpa meminjam atau dengan number line,” paparnya dalam bahasa Inggris karena tidak semua peserta berasal dari Indonesia.
Pria asal Jawa Timur itu memberi contoh menggunakan How many hops, misal 600-378. “Kita bisa memberi arahan bahwa untuk mencapai 600 dari 378, kita harus melompat sejauh berapa?” jelasnya sembari menggambar number line di papan tulis.
Dicky melanjutkan kita perlu melompat dua untuk mencapai 80, lalu melompat 20 untuk mencapai 400, dan melompat 100 sebanyak 2 kali untuk mencapai 600. “Jadi, kita perlu melompat 222 untuk mencapai 600,” jelasnya.
Selain “How many hops”, Dicky juga memberi alternatif cara lain, yakni understanding place value and the number system.
Menurutnya, cara ini lebih melatih number of sense siswa, sehingga logika dan nalarnya lebih terasah.
Don’t say “borrow” if you do not return it! (Vita)