PWMU.CO – Hari kedua kegiatan rapat kerja (raker) Musyawarah Kerja Kepala Sekolah Muhammadiyah (MKKSM) SD/MI Kabupaten Gresik di Villa Nabila, Trawas, Mojokerto menjadi pengalaman yang tak terlupakan.
Pasalnya, di hari itu (10/2/18) rafting menjadi salah satu agenda yang menarik. Bagi peserta yang sudah pernah, mereka terlihat tenang. Tetapi tidak bagi saya, karena ini pengalaman yang pertama. Dag-dig-dug rasanya.
“Bapak pernah rafting?” tanya saya kepada Hadi Purnomo, Kepala SD Muhammadiyah 2 Gresik.
“Pernah, di Apple Sun, Batu,” jawabnya singkat.
Rafting pertama ini, saya satu tim dengan Hadi Purnomo dan M Nur Hudin, Kepala MI Muhammadiyah 4 Ngimboh.
Melihat saya khawatir, Nur Hudin kemudian berkomentar, “Tenang, Bu Musy. Ndak papa,” ujarnya mencoba menenangkan.
Rupanya, mereka sudah berpengalaman mengikuti rafting sebelumnya.
Kegiatan ini menggunakan jasa TOS Rafting Pacet yang berlokasi di Wana Wisata Pemandian Air Panas Padusan Pacet, Mojokerto.
Setelah lengkap memakai perlengkapan pengaman yakni life jacket dan helm, kami bersiap berangkat ke lokasi awal mula petualangan seru ini. Walau hati tak karuan, rasa penasaran terus hinggap di pikiran.
Perahu kami akan dipandu oleh Badrus, “bay-watch“nya arung jeram yang memberikan instruksi-instruksi bagaimana kami harus mengendalikan perahu. Mulai dari dayung maju, dayung mundur, geser kiri, geser kanan, hingga “buum”! Untuk yang terakhir ini adalah ketika kita menghadapi turunan jeram yang curam.
Saya pun tetap berusaha mengikuti instruksi dari pemandu rafting. Kegiatan diawali dengan berdoa agar perjalanan lancar dan sukses.
Dari villa, kami berangkat naik mobil sekitar 5 menit perjalanan. Selanjutnya, perjalanan menuju tempat tujuan kurang lebih 1 jam. Kami harus berjalan kaki menyusuri pematang sawah sejauh 500 meter.
Kemudian mulai menuruni bukit yang menukik ke bawah, dengan berpegangan tanaman di kanan kiri dan bambu-bambu di sekitar jalan setapak.
Sesekali kami berhenti karena kondisi jalan yang licin mengarah turun menuju sungai. Ini seakan menjadi “arung jeram darat” sekaligus menjadi pemanasan sebelum menuju penaklukan tantangan sebenarnya.
Sayang, saya tidak bisa mengabadikan dalam bentuk dokumentasi karena dilarang membawa barang bawaan apapun, termasuk handphone.
Sesampainya di lokasi, kami diminta duduk di pinggir perahu karet dan meletakkan kaki kami di dalam perahu karet agar kondisi selalu stabil selama diombang-ambingkan arus sungai.
Dasar usil, ketika berpapasan dengan perahu lain, kami menyiram perahu lawan dengan dayung kami. Tak ayal basahlah mereka. Kami semua tertawa lepas. Dan aksi balasan pun mereka berikan. Giliran kami yang basah.
Dalam hati terus terang terbersit kekhawatiran, karena arung jeram ini sebuah tantangan alam, bukan artifisial. Cukup menantang dan menguji andrenaline kita, memang. Aliran sungai yang cukup deras sepanjang 5 km perjalanan sungguh membuat hati ini tak karuan.
Dan memang betul, di paruh perjalanan, perahu karet kami menabrak batu besar dan hampir saja terbalik. Untunglah, berkat kekompakan kami semua dan tentu saja kelihaian Badrus yang berada di belakang membuat kami selamat melewati tantangan itu.
Setelah itu, kami kembali ke Villa Nabila dengan menumpang pick up seperti yang kami tumpangi ketika berangkat, kurang lebih 15 menit perjalanan.
Sejumlah 32 peserta raker mengaku puas dengan kegiatan ini. Pastinya memberikan pengalaman tersendiri bagi kami.
Nah, berani mencoba? Selamat menjelajah! (Musyrifah/AK)