PWMU.CO – Selain usia, berat badan yang cukup merupakan salah satu syarat awal bisa menjadi peserta dalam pertandingan Tapak Suci Putera Muhammadiyah (TSPM).
Demikian juga yang berlaku dalam Sirkuit Pencak Silat Daerah Berlian Open 2018 se-Gerbangkertasusila yang digelar kedua kalinya di Berlian School, Jalan Berlian VIII Nomor 2 Perumahan Permata Suci (PPS) Manyar, Gresik.
Kepala MI Muhammadiyah 2 Karangrejo Musyrifah menyampaikan, ajang ini cukup bergengsi dan sangat dinanti siswa-siswanya.
“Kami mengirimkan hanya lima atlet kami untuk event ini. Sementara tiga atlet lain harus kami hentikan di awal sebelum terkena diskualifikasi karena batas umur tidak sesuai dengan ketentuan,” ungkapnya.
Khariswara Kalingga Putra, salah satu atlet TSPM MI Muhammadiyah 2 Karangrejo, Manyar Gresik sempat galau dengan berat badannya ketika mengikuti ajang ini, Jumat (16/2/18) lalu.
Pasalnya, Angga —sapaan akrabnya— berpostur tinggi dan kurus, sehingga mengkhawatirkan didiskualifikasi jika tidak memenuhi syarat.
Usia dan berat badan merupakan syarat penentuan untuk masuk kategori kelas A, B, C, sampai kelas G.
“Angga, gimana berat badanmu? Sudah naik?” tanya Azharuddin, salah satu official dari kontingen MI Muhammadiyah 2 Karangrejo.
“Belum Mas,” jawab Angga.
“Ayo makan yang banyak. Bisa nasi, roti, atau apa yang kamu suka,” pinta Azharuddin sambil tersenyum.
Angga memang membuat official agak bingung karena berat badannya sempat turun. Jika itu terjadi, maka akan didiskualifikasi.
Seperti biasa, sebelum tanding setiap atlet harus mempersiapkan diri. Mulai timbang ulang, pakai body protector, kebersihan kuku, dan lain-lain.
“Setelah proses penimbangan, alhamdulillah akhirnya Angga dikatagorikan masuk kelas A usia dini karena berat badannya antara 26-28 kg,” jelas Musyrifah.
Saat yang ditunggu pun tiba. Panggilan tanding sudah menggema.
“Atas nama Khariswara Kalingga Putra partai ke-5, dari sudut kuning dinyatakan menang karena sudut biru didiskualikasi dengan alasan berat badan kurang,” begitu yang terdengar dari microphone.
“Bu, berarti saya gak pakai tanding?” tanya Angga kepada Musyrifah, gurunya.
Antara percaya dan tidak, tapi itulah yang terjadi. Angga menang tanpa tanding di partai ke-5.
Musyrifah kemudian mencoba memahamkan Angga bahwa ujian tidak hanya di medan laga. “Tapi kamu sudah lolos ujian walau kamu tidak tanding, karena kamu sudah bisa menjaga kontrol pola makan dan mental. Itu yang paling penting,” tuturnya.
Ternyata, Angga tidak cukup senang karena tanpa tanding. Dia akhirnya mengambil pengalaman dari peristiwa ini. Dia takut jika nanti dia akan didiskualifikasi hanya karena berat badan kurang atau lebih.
“Istirahat lagi ya, untuk persiapan pertandingan lagi,” ujar Musyrifah memberi semangat.
Tetap semangat, ya! (AK)