PWMU.CO– Ketua Umum PP Pemuda Muhammadiyah Dahnil Anzar Simanjuntak meminta kader Pemuda memahami makna filosofi shalat berjamaah dan menerapkan dalam kehidupan berorganisasi.
“Merapikan ,meluruskan, dan merapatkan shaf dalam shalat berjamaah ada pelajaran tingkat tinggi. Makna yang tersirat yakni upaya keutuhan serta kesatuan komando dari PP hingga PRM,” kata Dahnil dalam taushiyah kebangsaan usai shalat Jumat di Masjid al Amin Badas Kabupaten Kediri, Jumat (23/2/2018).
Baca Juga: Ini 3 Analisis Ketua Muhammadiyah Jatim soal Maraknya Orang Gila Menyerang Tokoh Agama
”Kesatuan itu penting untuk mematahkan skenario adu domba dalam fenomena orang gila, atau orang waras pura-pura gila menyerang para dai, secara sistematis dan serempak,” tandasnya kepada kader Pemuda Muhammadiyah Kab Kediri yang akan mengikuti Diklatsar.
Dia melanjutkan, empat belas abad yang lalu, Nabi saw mengajarkan supaya kaum muslimin meluruskan shaf. “Luruskan shaf kalian, karena sesungguhnya kalian itu bershaf-shaf seperti shafnya para malaikat. Luruskan di antara bahu-bahu kalian, isi shaf yang masih kosong, lunakkan dan lemah lembutlah terhadap lengan tangan saudara kalian, dan janganlah menyisakan celah bagi setan,” ujarnya lagi.
Siapa saja yang menyambungkan shaf, kata dia meneruskan kutipan hadits, niscaya Allah menyambungkan melalui rahmatnya. Dan siapa saja yang memutuskan maka Allah akan memutuskan dari rahmatnya. ”Jangan sisakan celah untuk setan, hendaklah kamu benar-benar meluruskan shafmu, atau kalau tidak, maka Allah akan menjadikan perselisihan diantara kalian.
Panglima tinggi KOKAM itu menjelaskan, rapat dan lurusnya shaf bisa dimaknai tetap menjalin hubungan harmonis secara structural antara PRM hingga PP Muhammadiyah. Tidak kalah penting menjalin komunikasi dalam satu kesatuan komando yang dihasilkan dari proses raker, sidang tanwir, maupun hasil keputusan muktamar.
Perkembangan buruk negeri ini, ujar dia, munculnya orang gila menyerang sejumlah ustadz. Uniknya terjadi beruntun sehingga memunculkan kejanggalan. “Kok bisa ya, orang gila menyerang, dan yang diserang para da’i, secara sistematis dan serempak. Saya menduga pasti ini ada yang menggerakkan,” kata dia menegaskan.
Dia berpesan, berhati-hati karena bisa jadi fenomena orang gila ini upaya akumulasi dendam dari kelompok tertentu, untuk memancing kemarahan umat Islam. Apalagi skenarionya dilakukan menjelang pemilu. ”Saya menduga aktor di balik ini semua adalah orang atau kelompok yang sama yang mengacaukan negara menjelang jatuhnys rezim Soeharto di tahun 1998 yang silam,” katanya. (Dahlansae)