PWMU.CO-Dalam konteks gerakan pemikiran, Muhammadiyah adalah Islam berkemajuan. Maksudnya penerapan Islam yang cocok dengan syariatnya, juga sesuai perkembangan zaman.
Hal itu disampaikan Wakil Ketua PWM Jatim Drs Nadjib Hamid MSi saat mengisi Kajian Ideopolitor Majelis Pendidikan Kader PDM Kabupaten Pasuruan di Gedung Dakwah Bangil, Ahad (11/3/2018). Hadir juga sebagai narasumber Prof Dr Zainuddin Maliki dan Prof Dr Thohir Luth.
”Siapa saja yang berpikiran maju, meskipun belum memiliki kartu NBM (Nomor Baku Muhammadiyah), hakikatnya dia sudah Muhammadiyah. Sebaliknya, meski dia sudah lama punya nomor anggota, tapi jika pikirannya kolot, hakikatnya belum Muhammadiyah,” ujar Nadjib Hamid.
Nadjib juga menjelaskan, ciri organisasi modern adalah sinergis. Sesuai makna organisasi adalah kerja sama, maka mengelola Muhammadiyah tidak boleh egois, tapi harus sinergis atau kerja sama saling menguatkan.
”Karena itu menjadi aneh jika ada pimpinan cabang yang maju, asetnya sudah besar tapi hanya ingin dinikmati sendiri, tanpa merasa perlu membantu cabang lain,” katanya.
Jika ada pimpinan Persyarikatan atau amal usaha yang berpikiran sempit seperti itu, menurut Nadjib, berarti belum berkemajuan atau belum paham dengan konstitusi Muhammadiyah. Mengingat batas teritorial seperti daerah, cabang, dan ranting itu hanyalah administratif untuk memudahkan koordinasi, bukan membatasi fungsi.
Dia menambahkan, mengelola Muhammadiyah bukan hanya harus sesuai aturan, tapi juga memerlukan kejujuran. Karena sebagus apa pun sistemnya, jika pengelolanya tidak jujur tetap saja bisa diselewengkan.
Semua itu tidak bisa dilepaskan dari fungsi kepemimpinan di setiap jenjang. Jika sebuah kepemimpinan tidak fungsional, pimpinan tidak mampu menggerakkan, mengoordinasikan, mengarahkan dan memberikan keteladanan, maka gerakan dakwah ini pasti akan mandul dan memunculkan konflik berkepanjangan. (Miftachudin)