PWMU.CO-Saat mendirikan Muhammadiyah, Kiai Ahmad Dahlan pernah ditanya, Kiai, apa dengan mendirikan Muhammadiyah akan sering meninggalkan rumah? Dengan tegas Kiai Dahlan menjawab, ”Dengan mendirikan Muhammadiyah ini saya akan meninggalkan rumah untuk membagi kebaikan pada sesama.”
Kisah itu diceritakan oleh Wakil Ketua PWM Jawa Timur Prof Dr Thohir Luth saat menjadi pembicara dalam Kajian Ideopolitor di Gedung Dakwah Bangil Pasuruan, Ahad (11/3/2018). Acara yang diadakan Majelis Pendidikan Kader PDM Kabupaten Pasuruan ini dihadiri warga Muhammadiyah dan pimpinan persyarikatan dari PDM, Majelis, PCM, PDA, PCA, Ortom dan AUM lainnya.
Thohir Luth menambahkan, itulah jawaban Kiai Dahlan bahwa jodoh paling dekat dengan perjuangan adalah risiko perjuangan. Muhammadiyah adalah gerakan Islam, dakwah amar makruf nahi munkar, dan tajdid. ”Tugas dakwah menunjukkan kita harus siap jadi mujahid dan paham risiko perjuangannya,” tambah dosen UIN Maulana Malik Ibrahim Malang ini.
Dia berkisah lagi militansi Kiai Dahlan berjiha. Suatu ketika Kiai Dahlan turba ke Pasuruan dan jatuh sakit. Hari itu harus memimpin rapat dan ceramah di Desa Tosari, dokter melarangnya karena harus istirahat. Tapi apa kata Pak Dahlan? “Pak Dokter, sampeyan hanya bisa menyembuhkan sakit saya itupun karena izin Allah, tapi Pak Dokter tidak akan bisa memberikan khusnul khotimah.”
Betapa besar tekad jihad Kiai Dahlan ini yang memilih mati khusnul khotimah saat sedang berjihad daripada mati istirahat di rumah. ”Itulah bonek. Bonek yang dijiwai ketulusan Muhammadiyah zaman old, berjuang dan mbandani. Ini yang harus ditiru Muhammadiyah zaman now. Jangan bonek tapi hitung-hitungan,” katanya.
Thohir Luth membacakan surat Annisa ayat 95 yang artinya, Allah menjanjikan (pahala) yang baik dan melebihkan orang-orang yang berjihad atas orang yang duduk dengan pahala yang besar. (Ernam)