PWMU.CO-Semakin banyak dan berkembangnya Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) tidak dipungkiri selalu ada saja masalah yang timbul. Untuk mengantisipasinya, ada dua langkah strategis yang harus dipahami.
Menurut Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur Prof Thohir Luth, kedua hal tersebut, pertama, dalam persyarikatan sudah punya aturan yang namanya Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART).
“Aturan yang ada itulah yang harus jadi pegangan semua pimpinan. Kalau tidak pimpinan yang mematuhi AD/ART terus siapa lagi?” ujar Thohir Luth kepada pwmu.co, usai silaturahmi dengan Pimpinan Daerah Aisyiyah (PDA) Kota Malang di Kantor Masjid Siti Khadijah, Jalan Arjuno, Kota Malang, Senin (12/3/2018).
Kata dia, bila muncul masalah harus merujuk pada edaran-edaran dari pimpinan di atasnya. Dengan berpegang pada aturan yang sudah ditetapkan, dia yakin akan terhindar dari masalah.
“Kalau toh sudah ada masalah, Insya Allah tidak akan sampai pada tingkat masalah yang akut,” tandas guru besar Universitas Brawijaya itu.
Kedua, garis yang harus dijalankan adalah garis komando. Menurut dia, struktur di Muhammadiyah itu jelas, maka pimpinan yang ada di bawah harus mengikuti komando di atasnya dengan tidak membatasi inovasi dari masing-masing cabang atau ranting.
Di mata pria kelahiran Flores tersebut, AUM yang bermasalah itu lantaran tidak mengamalkan dua hal tersebut.
“Sekali lagi saya tegaskan, garis kita itu garis komando bukan konsultatif. Di mana hanya akan berkonsultasi bila sudah ada masalah. Antarpimpinan itu harus bisa duduk bersama dalam setiap mengambil sebuah kebijakan” tegasnya.
Thohir juga menegaskan bahwa Amal Usaha Aisyiyah itu adalah Amal Usaha Muhammadiyah. “Maka, baik tidaknya Amal Usaha Aisyiyah tidak lepas dari kinerja para pimpinan Muhammadiyah di setiap tingkatan” jelas dia.
Thohir menyarankan, untuk mengantisipasi terjadinya persoalan di AUM dengan pimpinan persyarikatan, sebaiknya antarpimpinan harus selalu duduk bersama sebelum timbul persoalan.
“Jangan biasakan duduk bersama setelah ada persoalan,” pungkasnya. (uzlifah)