PWMU.CO – Kecintaan Muhammadiyah pada bangsa dan Negara Indonesia telah tumbuh sejak kelahiran organisasi. Didirikan pada tahun 1912 oleh KH Ahmad Dahlan, Muhammadiyah sejak awal sudah punya bapak-bangsa yang ikut membangun bangsa Indonesia. Nasionalisme, patriotisme, dan kebhinekaan yang akhir-akhir ini disuarakan oleh banyak pihak, justru telah dipraktikkan jauh hari oleh Muhammadiyah.
Demikian disaampaikan oleh Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah Hajriyanto Y. Thohari saat mengisi Tabligh Akbar dalam Musyawarah Pimpinan Cabang (Musypimcab) Muhammadiyah Palang, Tuban (25/3). “Di Panitia Sembilan dalam perumusan dasar negara ada nama tokoh Muhammadiyah Abdul Kahar Muzakir yang melahirkan Piagam Jakarta,” jelas Hajri.
Selain itu, tambah Hajri, peran tokoh Muhammadiyah lain yang tidak bisa dinafikan oleh bangsa ini adalah Ki Bagus Hadikusumo, Ketua (Umum) PP Muhammadiyah 1944-1952. “… sangat sentral, Ki Bagus diminta persetujuan terakhir tentang perubahan tujuh kata dalam Piagam Jakarta. Ki Bagus dengan kebijaksanaanya, akhirnya menyetujui karena kecintaan kepada bangsa Indonesia.”
Kecintaan Muhammadiyah kepada bangsa, tegas Hajr, juga tidak perlu diragukan lagi jika melihat kelahiran Tentara Nasional Indonesia maupun kepolisian. “Terlebih darah TNI Polri lahir darah Panglima Besar Soedirman,” jelas Hajri menyebut tokoh Muhammadiyah yang dipercaya sebagai Panglima TNI untuk pertama kalinya dalam sejarah Republik ini.
Ketika Republik ini telah merdeka, cinta Muhammadiyah juga tak kurang untuk keberlangsungan Indonesia. Tanpa harus menunggu, Muhammadiyah hingga kini juga ikut membantu pemerintah dalam memajukan bangsa. Tanpa membedakan golongan, agama, suku, maupun perbedaan-perbedaan lain.
“Seperti di Sorong Papua dan Kupang NTT berdiri Perguruan Tinggi Muhammadiyah yang mayoritas mahasiswanya adalah non Muslim,” tegas Hajriyanto. Selalu tersedia cinta Muhammadiyah untuk Republik ini (dendy)