PWMU.CO-Masyarakat rupanya kian sadar dan peduli dengan pengajian kegamaan. Gerakan pengajian pun menggejala di mana-mana. Tak hanya pengajian umum dan pengajian Ahad Pagi, pengajian Ahad Petang pun mulai gencar diadakan masyarakat. Salah satunya digelar Masjid Remaja, Jalan Kalilom Lor 3-41 Kenjeran Surabaya, Ahad (8/04/2018).
Kegiatan Ahad Petang yang memang sudah digelar secara rutin tersebut menghadirkan Ustadz H Imanan SAg sebagai pematerinya. Dalam pengajian itu, Imanan memulai dengan mengajak jamaah untuk bersyukur kepada Allah SWT atas kesempatan bisa menuntut ilmu dan menjadikan majelis ilmu ini sebagai rekreasi. “Sehingga pikiran kita ini jadi fresh dan terhindar dari penyakit kejiwaan, lebih-lebih kalau kita mengingat bahwa hidup ini tidak main-main. Semua hidup ini tidak ada yang abadi akhiratlah yang abadi,” tegas Imanan memberi pesan pada jamaah.
Imanan menjelaskan bahwa dalam kitab Ihya Ulumuddin, Imam Al Ghazali mengatakan apabila ada orang yang lebih mementingkan urusan dunia maka tunggulah kehancurannya. Pesan Al Ghazali tersebut sangat penting untuk diperhatikan, lebih-lebih bila merujuk pada al Quran surat al Qasas ayat (77). Ayat tersebut, lanjut Imanan, memberikan pelajaran untuk menyeimbangkan antara kehidupan dunia dan akhirat. Imanan kemudian membacakan ayat itu dan mengartikan:
“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.”
Imanan melanjutkan ceramahnya dengan menyinggung soal praktik ibadah yang dijalankan oleh ummat Islam selama ini. Disebutkan, dalam melaksanakan ibadah mahdhoh, jangan hanya itu-itu saja. “Shalat kok hanya minimalis sekali. Ayolah kita tambah,” ajak dia menasihati.
Contoh, lanjut dia, ketika membaca samiallahu liman hamidah rabbanaa walakal hamdu. Dalam kitab fiqh, tambah dia, bacaan seperti itu memang sudah biasa, sudah sering dibaca. Namun bisa disempurnakan menjadi sami’allaahu liman hamidah rabbanaa walakal hamdu hamdan katsiran thayyiban mubarakan fiihi, lanjut dia, akan lebih indah dan sempurna.
“Ketika ada seorang sahabat yang membaca seperti itu, setelah selesai shalat Rasulullah bertanya siapa yang membaca doa tadi itu? saya, ya Rosul: jawab salah satu sahabat. Rosululullah memyampaikan bahwa tadi itu lebih dari 30 para malaikat cepat-cepatan mencatat orang yang membaca doa tadi itu,” sambungnya.
Untuk itu, Imanan mengajak untuk menyempurnakan doa-doa shalat dan tidak malas malas untuk menghafal dan terus belajar. (Habibie)