
PWMU.CO – Pendidikan berbasis fitrah atau Fitrah Education Model, ternyata telah dikembangkan di Singapura.
Menurut Principal Consultant Irsyad Trust Ltd Mohamed Hafiz bin Othman ada dua hal yang menjadi sumber model pendidikan tersebut, yaitu ayat-ayat qauliyah (divine source) atau hukum Allah (wahyu) dan ayat-ayat kauniyah (divine order) atau hukum alam (research).
Hafiz—sapaannya—menyampaikan hal tersebut dalam International Training on Education – Training of Trainer for Islamic Education Leaders yang diselenggarakan Majelis Dikdasmen Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur, di Grand Whiz Hotel, Trawas Mojokerto, Senin (9/4/18).
“Seperti Allah mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda) seluruhnya,” ujar Hafiz menyitir Alquran Surat Al Baqarah ayat 31. Dari ayat tersebut, Hafiz mengajak peserta sadar bahwa hal pertama yang kita ajarkan sebaiknya apa yang telah disediakan di sekitar anak.
Seorang anak, lanjutnya, sebenarnya sudah mempunyai empat fitrah dalam dirinya, yakni excellence, leadership, genius, and belonging. “Tugas kita adalah bagaimana menumbuhkan dan mengembangkan fitrah tersebut sehingga menjadi habit sehari-hari,” jelasnya.
Dalam pemaparannya, Hafiz menjelaskan semua anak itu unggul (excellence). “Di Inggris, siswa bisa mendapat International General Certificate of Secondary Education (IGCSE) dengan kursus dua jam. Misalnya ujian Biologi dengan kursus dua jam, dia bisa menjawab minimal 30 persen pertanyaan,” jelasnya memberi contoh di negaranya.
Selain itu, anak-anak di Singapore terbiasa belajar matematika secara heuristik, yakni tahapan-tahapan berpikir yang membantu siswa memecahkan masalah. “Ini lebih dari sekadar logika karena ada makna di balik itu,” tegasnya.
Hal ini, lanjut Hafiz, tentu dapat terwujud jika otak anak selalu aktif sehingga materi apapun lebih mudah masuk untuk dicerna.
Demikian halnya dengan sense of belonging yang juga fitrah dan penting bagi anak. “Mulai dari aspek physiological, emotional and physical safety, belonging (forming relationship), esteem (harga diri), serta self-actualization,” paparnya menjelaskan Maslow’s Hierarchy of School Needs.
Menurutnya, hal tersebut sangat berpengaruh terhadap pendidikan anak karena anak tidak akan merasa nyaman jika aspek belonging tidak tercukupi dengan baik. “Bagaimana kebutuhan dasar mereka terpenuhi, kelas yang nyaman, komunikasi guru-siswa yang harmonis, menghadirkan budaya kelas yang positif, dan bisa mengaktualisasikan dirinya dalam belajar,” jelasnya. (Vita)
Discussion about this post