PWMU.CO – Sekolah Menengah Atas Muhammadiyah (SMAM) 1 Sumenep sedang berduka. Salah satu siswanya yang terkenal periang, M. Alan Kurnia Alvian Iga Putra, telah berpulang ke hadirat Tuhan. Perjalanan pulang dari kost di kota Sumenep menuju tempat kelahirannya, Kamis (26/4), sekaligus perjalanannya menuju sang Tuhan Maha Pencipta.
“Alan adalah salah satu anggota Paduan Suara SMUTU Voice,” begitu jelas Kepala SMAM 1 Sumenep, Bahrus Surur kepada PWMU.CO (29/4). Keaktifannya dalam seni tarik suara ini juga membuatnya beberapa kali harus mengisi acara sekolah. Termasuk pada Sabtu, 21 April 2018 lalu, juga terlibat dalam acara Pesta Matahari 2018 (Pelepasan Siswa Kelas Tiga dan Ramah Tamah Ajang Kreasi).
“Alan yang periang ini tampil dengan menyanyikan beberapa lagu bersama timnya. Ia masih memposting foto cerianya dengan seragam Paduan Suara di Instagram,” lanjut Bahrus.
Pada Rabu sore (25/4), tidak seperti biasanya, Alan Kurnia mengumandangkan adzan Ashar di masjid Al-Masturah SMA Muhammadiyah I Sumenep.
Kamis pagi, setelah shalat Dhuha Alan membawa mushaf Al-Qur’an ke kelasnya, XI IPS-3. Bukan hanya itu, bersama Annisa, teman sekelasnya, mencari laptop ke hampir semua kelas X dan XI untuk presentasi di kelasnya. Penuh semangat luar biasa. Remaja yang selalu tampil rapi dan memasukkan bajunya ini menjalani kesehariannya seperti biasa.
Selesai shalat Ashar di sekolah, Alan bersama teman-temannya nonton bola di Stadion A. Yani Sumenep. Setelah itu, ia balik kostnya. Sebagaimana dituturkan ayahnya, pada pukul 17.00 (5 sore) ia menelpon ibunya bahwa ia akan pulang.
“Alan memang ngekost, tapi ia sering pulang ke rumahnya di Talango. Untuk sampai di rumahnya, ia harus menghabiskan waktu selama 1 jam dari SMA Muhammadiyah I Sumenep. Apalagi ia harus naik perahu tongkang yang menghubungkan daratan Madura (Pelabuhan Kalianget) ke Pulau Talango,” lanjut Bahrus Surur.
Menjelang Maghrib, saat hampir sampai di rumahnya itulah Allah menentukan lain. Seperti yang disampaikan ayahnya berdasarkan cerita masyarakat sekitar TKP. “Mungkin Alan tidak tahu kalau di depannya ada sepeda. Tiba-tiba, saat mengetahui maka ia pun berusaha menghindarinya. Mungkin setelah itu ia kehilangan keseimbangan kemudian jatuh terpelanting dari sepeda motor nya. Sepeda motornya terpisah darinya,” cerita Bahrus Surur mengutip cerita keluarga.
Remaja yang taat dan selalu mendengarkan nasehat guru itu diambil oleh Allah. Dengan batik seragam sekolah Muhammadiyah yang khas itu ia dipanggil oleh Allah. “Ia mati syahid di Sabilillah. Dalam perjalanan belajar menuntut ilmu ia dipanggil oleh Allah. Gurunya dan teman-temannya sangat berduka merasa kehilangan. Apalagi Alan anaknya sangat baik, ceria, selalu rapi dan memasukkan bajunya. Ia menjadi panutan bagi teman-temannya. Selain aktif di ekstra kurikuler Paduan Suara SMUTU Voice, ia juga aktif sebagai Kader Kesehatan Remaja (KKR) di sekolah,” demikian simpul Bahrus Surur tentang sosok Alan.
Dan yang membuat meneteskan air mata ayah-ibunya, pada Kamis pagi hari itu, Alan menciumi perut ibunya yang sedang hamil sebelum berangkat ke sekolah dari Talango ke Sumenep. Tidak lupa ia mencium pipi kanan kiri ibunya dan mencium tangannya. Bahkan ia menitipkan nama untuk adiknya yang masih ada dalam kandungan. Ia ingin adiknya dinamai Fatmawati, istri Bung Karno, jika perempuan.
Ayah dan ibunya yang selalu mengantarkan Alan hingga di depan rumah seringkali berbisik berdua, “Semoga ketaatan, kebaikan dan baktinya kepada orangtua tidak pernah berubah.”
Dipanggilnya Alan Insya Allah salah satu cara Allah menjadi ketaatan dan kebaikan Alan. Amin… (redaksi)