PWMU.CO– Keberadaan Aisyiyah dalam republik ini sebagai salah satu penyangga dalam membantu tugas negara. Hal itu dibuktikan 2 hal pekerjaan penting Aisyiyah, memperdayakan difabel dan pendampingan keluarga untuk usia lanjut. Demikian dikatakan oleh Ketua Umum Pimpinan Pusat Aisyiyah Siti Noordjannah Djohantini MM MSi saat melaunching gedung Instalasi Produksi dan Pelatihan Pemberdayaaan Difabel di Panti Asuhan Tunanetra Terpadu Aisyiyah Ponorogo, (29/4).
“Panti tidak harus dengan yatim, sehingga harus ada panti inklusi. Maka di Ponorogo ini sudah terdapat panti inklusi, yaitu Panti Asuhan Tunanetra. Tugas selanjutnya adalah harus mengupgrade bagaimana kualitas pengasuh dalam melakukan pendampingan,” jelas Djohantini.
Dalam setiap panti, tambah istri dari Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir itu, setiap panti harus terdapat pekerja sosial. “Bagaimana mengasuh anak asuh yang benar merupakan tantangan buat kita. Termasuk memberdayakan para difabel.”
Untuk sementara waktu, karena di Ponorogo telah terdapat sarana inklusi, Aisyiyah memilihnya sebagai pilot proyek. “Memilih pemberdayaan dengan pelatihan batik. Namun, selanjutnya akan dikembangkan ke lainnya karena dari anak-anak difabel memiliki kemampuan dan bakat yang lainnya.”
Selain difabel, Djohantini juga mengingatkan bahwa Aisyiyah juga punya tantangan lain dalam memberdayakan lansia. Seorang “nenek” jangan dijadikan sebagai “pembantu” yang momong cucu karena termasuk tidak memberi apresiasi terhadap golden age. “Maka Aisyiyah melakukan proyek dengan melakukan pemberdayaan terhadap lansia,” jelas Djohantini.
Bagaimana caranya? Yaitu melakukan pendampingan secara berkala dengan kursus pramurokti, keluarga diberikan bimbingan dalam mengasuh orangtua. Jika memang ada lansia yang tidak memiliki keluarga, Aisyiyah berusaha menyediakan panti jompo. “Untuk lansia yang memiliki keluarga, maka keluarganya itu yang dibimbing melalui kursus pramurokti.”
Anda yang punya anggota keluarga lansia pun perlu belajar bagaimana merawat dan menghargai mereka. (wiwik)