PWMU.CO – Bumi Indonesia kembali didera duka. Beberapa rangkaian bom bunuh diri mengoyak kota Surabaya. Selain menimbulkan korban meninggal dunia dan luka-luka, rangkaian terror ini ternyata juga menyasar simbol-simbol agama.
Harus ada niat dan tekad serta usaha berdasarkan nilai-nilai kemanusiaan yang tulus agar terorisme dapat dihentikan. “Ada akar masalah terorisme yang harus diselesaikan,” begitu kata Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur DR M. Saad Ibrahim terkait dengan rentetan bom bunuh diri yang terjadi di Surabaya, (13/5).
“Pertama, bisa saja karena ada kesalahan total dari sang pelaku bom dalam memahami agama,” jelas dosen UIN Maulana Malik Ibrahim Malang itu. Dengan kondisi ini, tambah Saad, pelaku teror sesungguhnya bisa saja berasal dari pemeluk agama apa pun.
“Kedua, bisa juga karena sebab di luar pemahaman agama itu,” jelas Saad tentang kemunculan terorisme. Dalam konteks global, lagi-lagi Saad menegaskan bahwa pelaku teror bisa muncul dari agama apa pun, jika ada ketidakadilan global.
Menurut Saad, selama ketidakadilan global itu masih eksis dan dipertontonkan dalam dunia global, maka terorisme memang sulit dibasmi. “Meminjam istilah Mahathir Mohammad yang sekarang terpilih sebagai Perdana Menteri Malaysia, selama ketidakadilan global itu masih saja terwujud, masih saja dipertontonkan, kita harus membiasakan tidur bersama-sama teroris,” jelas Saad.
Merunut pada logika Mahathir ini, jelas Saad, maka akar masalahnya adalah ketidakadilan global yang tidak bisa dilawan secara face to face. “Lalu kemudian ada orang-orang yang berusaha tampil untuk melakukan perlawanan, sekalipun jelas tidak efektif,” urai Saad.
Sebagai bangsa yang berperadaban, tentu saja kita harus menolak semua teror, bom, dan kekerasan. Sebab, tindakan itu sudah jelas sangat terlarang, baik dari aspek hukum, akhlak dan bahkan agama apapun, terlebih Islam. (abqaraya)