PWMU.CO – Tidak sedikit siswa Madrasah Muallimin Muhammadiyah Yogyakarta yang dikirim ke Malaysia untuk berdakwah. Dua tempat yang dijadikan jujugan adalah negeri Kelantan dan Kedah. Tidak kurang 80 orang yang jadi “binaan” di Kelantan, dan 200-an di Kedah.
“Para muballigh Muhammadiyah menyampaikan materi pembelajaran al-Quran dengan metode harfun,” jelas pembimbing dari Muallimin, Husnan Wadi (22/5). Khusus di Kedah, program muballigh hijrah di Kedah dilakukan dengan kerja sama bersama Majelis Perundingan dan Pertumbuhan Islam Malaysia (MAPIM).
Terkait dengan dinamika politik Malaysia yang menghangat seiring dengan pergantian pemerintah juga tidak menjadi kendala. “Alhamdulillahirobbil ‘alamin dukungan dari masyarakat Malaysia sangat baik, terbukti anak anak bisa diterima,” tambah Husnan Wadi.
Lantas adakah pembekalan khusus bagi para muballigh hijrah Muhammadiyah itu? “Dinamika perpolitikan di Malaysia tidak berpengaruh terhadap dakwah anak anak. Kami selaku pembimbing telah membrifing sebelumnya, dan saya menekankan jauh sebelumnya agar jangan sekali-kali bicara politik,” jelas Husnan Wadi.
“Kalau diajak bicara orang lain tentang politik, agar mengalihkan topik pembicaraan lain. Karena seperti diketahui, Malaysia memperketat kehadiran muballigh luar. Dan tidak sembarang orang bisa mengisi kajian di negara berbentuk kerajaan itu,” lanjut Husnan Wadi.
Persyaratan untuk bisa berdakwah di Malaysia memang tidak mudah. Sebab, kata Husnan Wadi, para muballigh ini harus mendapatkan pengakuan terlebih dahulu dari pemerintah setempat bahwa yang bersangkutan benar-benar dai yang diakui pemerintah. “Itulah sebabnya sisi dakwah yang kami ambil adalah pembelajaran al-Quran.”
Selamat! (dahlansae pare)
Discussion about this post