PWMU.CO – Pokok-pokok pikiran tentang sistem pendidikan nasional abad 21 berikut adalah gagasan yang dikemukakan oleh Daniel Mohammad Rosyid, Guru Besar ITS Surabaya. Semoga menginspirasi. Redaksi.
***
Tujuan: membangun jiwa merdeka, jujur, amanah, peduli dan cerdas sebagai khalifatullah yang sehat, mandiri, dan produktif.
1. Pendidikan Dasar 0-12 Tahun: Pendidikan akhlak dan adab untuk mencapai kompetensi belajar mandiri dilakukan di rumah (keluarga) dan di masjid serta unit-unit kegiatan sosekbud lain di masyarakat dalam berbagai Self-Organized Learning Environment (SOLE).
Balanced education: Bahasa, IPA, IPS, Seni dan Jasmani. Bakat dan minat anak-anak sudah harus dikenali. Pendidikan sadar gender, bukan netral gender.
2. Pendidikan Dasar Menengah: sekolah kejuruan (vokasi: akademik 80:20). Lulusannya sudah cakap secara sosial dan memiliki bekal awalketrampilan vokasional. Pendidikan non-formal dan informal tetap diberikan di rumah dan di masyarakat. Kesadaran gender diperkuat.
3. Pendidikan Menengah: STM/SMA (80/20) untuk memperdalam keahlian agar terampil bekerja di sektor produksi barang-barang dan jasa-jasa serta siap menikah serta menjadi warga negara yang sehat dan produktif (mandiri secara finansial).
4. Lulusan STM/SMA/MA yang berbakat akademik dapat melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi untuk menjadi sarjana, master atau doktor untuk memperkuat kapasitas design and engineering serta research and development. Yang kurang berbakat mengambil pendidikan diploma.
5. Penyediaan layanan ujian kompetensi secara fleksibel (berorietasi warga) dan kredibel dengan sajian luas: Matematika, IPA, IPS, Seni dan Jasmani, serta ketrampilan produktif (agro-maritim, IT, teknologi) di berbagai jenjang.
6. Reorientasi pada relevansi, bukan mutu; pada daya sanding (collaborativeness) bukan daya saing (competitiveness). Daya saing itu alamiah, sedangkan dayasanding (kapasitas berjamaah) itu harus diajarkan (nurtured). (*)
Gunung Anyar, 18 Juli 2018
Discussion about this post