PWMU.CO-Guru harus berinovasi menerapkan cara pengajaran untuk menodorng siswa paham dengan materi pelajaran dan aktif. Itu dipraktikkan dalam pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) di kelas 6C Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah (MIM) 25 Sidotopo Wetan Surabaya.
Dalam pengajaran Kamis (30/8/2018), dipakai metode diskusi, demonstrasi, dan presentasi di depan teman sekelas. Murid dibagi per kelompok beranggotakan lima anak. Dengan cara ini menjadi semua murid aktif diskusi dan membaca buku membahas topik yang ditentukan.
Misalnya, kelompok pertama Vito, Irfan, Bravo, Rifal dan Dafa. Di kelompok ini ada tiga murid yang biasanya kurang perhatian terhadap pelajaran di kelas, dengan metode demonstrasi dan diskusi ini menjadi bersemangat. Bahkan ada yang berani menjadi penyampai makalah berjudul Meneladani Kepribadian Ustman bin Affan.
Anggota kelompok ini menjadi luar biasa saat presentasi makalah dan menjawab pertanyaan dari teman-temannya.
“Teman-teman, kita semua harus mencontoh sahabat Rasululla. Mulai dari semangat imannya sampai semangat perjuangannya dalam membela agama Islam,” kata Dafa yang didapuk sebagai pembicara.
Kita juga harus mengetahui, sambung dia, sahabat Utsman bin Affan memiliki gelar Dzun Nurrain yang artinya memiliki dua cahaya. Sebab dia banyak membaca Alquran dalam shalatnya. ”Kita harus mencontoh beliau di dalam memperbanyak membaca Alquran,” tandas dia.
Tafsir lain, kata dia, ada yang mengatakan gelar dua cahaya itu karena pernah menikahi dua anak Nabi. Pertama, Ruqaiyyah. Setelah putri itu meninggal, Nabi menikahkan Utsman dengan anaknya bernama Ummu Kultsum.
Guru pengampu Aksar Wiyono mengatakan, mata pelajaran sejarah kadang membosankan bagi murid. Hanya menghafal tahun dan peristiwa. Lewat metode demonstrasi dan diskusi di depan kelas menjadi menarik perhatian siswa dalam menyerap, memahami, dan menjelaskan pelajaran.
“Guru pengampu sebagai fasilitator dan motivator mengarahkan siswa dan memberikan kesimpulan. Pembelajaran pada hari ini memberi pengalaman dan kesan luar biasa bagi siswa. Anak-anak sangat antusias saat presentasi sehingga diskusi berjalan dengan memuaskan,” ujarnya.
Kepala MIM 25 Surabaya Budi Asmawan ST menyatakan, pembelajaran yang semacam ini bisa menimbulkan semangat belajar siswa. Semua anggota kelompok dapat tugas dan tanggung jawab. Mereka juga belajar berargumentasi mempertahankan pendapat dengan referensi. (Aksar/Habibie)