Ingat Mohammad Zohri. Juara dunia lari 100 meter yang pernah menyentak kesadaran warga negeri ini. Pelari sprint seperti dia berbeda dengan pelari maraton. Beda kesiapan fisik, pengaturan nafas, teknik berlari. Berlari sprint mengandalkan kecepatan. Semakin cepat mencapai garis finish semakin hebat.
Lantas hidup kita ini ibarat lari sprint atau maraton? Manusia bebas memilih. Jika memilih menjadi pelari sprint, kita lihat mereka berlari sekencang-kencangnya agar tiba di garis finish secepat-cepatnya.
Mereka yang menjalani seperti pelari marathon, sikapnya menyiapkan diri berlari untuk menempuh jarak yang cukup jauh sambil disiplin mengatur percepatan nafas.
Mencermati perilaku kebanyakan orang terhadap cara mereka berdagang, bersaing dalam politik, meraih jabatan dan kekuasaan, membangun perusahaan, menempuh pendidikan, menapaki jenjang karier, semua itu ditempuh secara sprint atau maraton?
Kalau ditanya begitu, kebanyakan orang menjawab hidup sebaiknya dijalani secara maraton. Orang yang memperlakukan hidup sebagai lari maraton panjang berserah diri hanya kepada Allah swt saja yang tahu batas akhirnya.
Tapi kenyataan yang sering ditemui bahwa ambisi, orientasi, cita-cita, visi, tujuan orang berjuang, kebijakan publik, peraturan, undang-undang, pernyataan politik, pada umumnya diselenggarakan secara sprint. Karena lantas banyak orang menjalani hidup layaknya pelari 100 meter. Pencapaiannya berorientasi sebatas dunia saja.
Adapun mereka yang menempuh jalan kehidupan seperti maraton, dimensi kesadarannya jangkep: dunia akhirat. Wa lal akhirotu khoirun laka minal ulaa. Akhirat lebih baik dan lebih utama bagimu daripada dunia.
Namun seperti apakah sebenarnya hidup secara maraton itu? Hidup yang alon-alon asal kelakon ataukah berdasarkan skala ruang yang tanpa batas dan jarak tempuh yang teramat panjang?
Dalam praktik, walaupun kita berlari marathon, suatu waktu dalam medan dan dataran tertentu memaksa kita harus sprint. Jadi sambil tetap memelihara kesadaran bahwa hidup itu ibarat berlari maraton menempuh jalan panjang menemui Allah, di dalamnya kadang kita harus berlari sprint ketika mengejar peluang kebaikan atau menjauhi keburukan. (*)