PWMU.CO – Bagi Ghiyas Sanie Rayhan, belajar matematika itu penuh rahasia. Ketika menemukan jalan masuknya, seperti menemukan harta karun. Begitu senang dan bahagianya. Apalagi, pas menang olimpiade, perasaan bahagia dan haru, campur aduk jadi satu
Itulah yang dialami Keny, begitu dia disapa. Siswa yang duduk di kelas VIII ini bersyukur dan berbahagia ketika berhasil dinobatkan sebagai peraih medali perunggu dalam Challenge for Future Mathematician, Bogor, Selasa (30/10/18).
Bagi cowok kelahiran 19 Juli ini, ketika namanya disebut oleh dewan juri, spontan senang dan kaget menyeruak. Pasalnya, prestasi internasional ini adalah perdana dalam daftar prestasi yang diraih.
“Di ajang yang diikuti lima negara ini, prestasi ini adalah yang tertinggi. Sebelumnya, saya raih juara II di ajang ME Awards kemarin,” ujarnya, saat ditemui PWMU.CO ketika jam istirahat sekolah, Senin (5/11/18).
Cowok yang aktif di IPM ini mengakui bahwa persaingan di ajang ini sangat ketat. Terutama dari delegasi Veitnam dan Thailand.
“Kami, delegasi dari Indonesia yang berjumlah 78 pun di karantina selama satu pekan di Bogor. Harapan besarnya mampu bersaing dengan negara lain, terutama Vietnam dan Thailand,” ungkapnya.
Keny menjelaskan bahwa dalam ajang tahunan ini dibagi menjadi 3 level, mulai level middle (untuk kelas III-IV SD), upper (kelas V-VI SD), dan junior (kelas VII-VIII SMP). Masing-masing bersaing ketat untuk raih prestasi terbaik.
Diakui, persaingat ketat dalam ajang ini, sudah diantisipasi sejak awal. Persiapan mandiri pun dilakukan secara intensif. Tiap hari, cowok yang hobi baca ini, harus melahap latihan soal minimal tiga jam. Khusus Ahad durasi waktu bisa sampai enam jam.
Di luar agenda latihan secara internal, tiap Sabtu pun dia masih menyempatkan mengikuti les di Surabaya dan les musik. “Alhamdulillah, upaya yang saya lakukan dan bimbingan intensif dari sekolah bisa berbuah manis,” ucapnya. (Ichwan Arif)
Discussion about this post