Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi Prof Jimly Assidiqi mengajak memperbaiki hasil reformasi yang sudah berumur 18 tahun itu. Menurutnya, banyak penyimpangan yang terjadi seperti adanya politik dinasti dan kesenjangan ekonomi yang sangat mencolok. “Di Amerika si kaya bayar pajak dan si miskin jadi sejahtera. Di Indonesia kesenjangannya makin tinggi dan kebebasan hanya menguntungkan para elit,” kata Ketua Presidium ICMI ini.
Jimly juga mengingatkan bahwa sistem demokrasi itu menjamin adanya pergiliran kekuasaan. Menurut Jimly sekarang ini ada ‘aktor’ baru yang menguasai negara yaitu state, dunia usaha, politik dan media , serta civil society. “Keempat cabang kekuasaan ini jangan sampai menyatu dalam satu kekuasaan. Perlu dipisahkan satu sama lain,” katanya mengingatkan.
(Baca juga: Ternyata, Gurulah yang Membuat Mantan Wapres Boediono Sangat Terkesan sebagai Alumni SD Muhammadiyah!)
Menyinggung soal semakin kerasnya semangat perubahan UUD 45 hasil amandemen pada UUD 45 asli, Jimly mengatakan, “Kita jangan mundur ke belakang tapi bagaimana cara kita memperbaiki tata negara kita.” Jimly justru mengusulkan pada Sidang Umum MPR tahun 2017 dan tahun 2018 ada perubahan kelima UUD 45. “Perlu diperbaiki sistem tata kelola peradilan dan perbaikan konstitusi,” tutur Jimly.
“Hukum itu teorinya sebagai panglima tapi kenyataan dikuasai politik. Dan politik dikuasai ekonomi. Pengusaha yang cerdik, mereka membina calon-calon kepala daerah dan mereka dibiayai untuk menang. Nanti ada hitungannya,” katanya.
Jimly setuju perubahan UUD dan ada GBHN. “Tapi kalau MPR itu sebagai lembaga tertinggi negara, itu hanya ada di negara komunis. Dan sekarang komunis pun menggunakan sistem Mahkamah Konstitusi,” katanya. Tentang KNIB, Jimly memberi apresiasi dan mengatakan jika “Buku Indonesia Berkemajuan” bisa menjadi masukan isi GBHN yang sedang digagas saat ini.
Sementara itu moderator Abdul Mu’ti mengatakan bahwa demokrasi Indonesia sudah baik. “Tapi rakyat kita memilih calon wakil rakyat dan pemimpin daerah tidak berdasar integritas, moralitas, dan loyalitas. Tapi bagaimana isi tas itu yang dipilih,” ujarnya. (Baedhowi/MN)