PWMU.CO – Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Dr H Haedar Nashir MSi menyeru warganya untuk bangga dan merasa memiliki Muhammadiyah.
Hal itu dia sampaikan dalam Tabligh Akbar Muhammadiyah Gresik di halaman SMAM 10 GKB, Ahad (20/1/19).
Haedar meminta warganya bersyukur kepada Allah karena Kiai Dahlan dan para penerusnya telah meletakkan pondasi Muhammadiyah ini begitu rupa. “Coba bayangkan, sekarang saya yakin Kiai Dahlan tidak membayangkan apa yang akan terjadi. Kita punya 175 perguruan tinggi dan besar-besar. SMA aja segedhe seperti ini, coba lihat,” ujarnya sambil menunjuk gedung SMAM 10 GKB yang megah.
Ia tidak bisa membayangkan akan mempunyai sekolah seperti ini. “UM Malang, UM Surabaya, UM Sidoarjo, Ponorogo, di Jawa Timur aja berapa, tujuh universitas,” ungkapnya.
Haedar mengatakan, dulu Jawa Timur merasa minoritas, sekarang sudah jadi mayoritas. “Bahkan dulu di Madura kita dianggap agama lain. Tapi alhamdulillah sekarang Muhammadiyah di Madura sudah melekat dengan masyarakat,” ujarnya.
Haedar menjelaskan, mahasiswa Muhammadiyah itu sekitar 10 persen dari mahasiswa Indonesia. “Sekitar 600 ribuan lebih. Belum TK ada 23 ribu lebih. Gak percaya hitung sendiri. SD, SMP, SMA, rumah sakit kita punya 166 yang rumah sakit saja, belum nanti poliklinik, balai pengobatan, jumlahnya sekitar mungkin sekarang hampir 600,” paparnya.
Semua itu, lanjutnya, tersebar di seluruh Tanah Air. “Dan alhamdulillah sekarang bergerak ekonomi kan begitu. Gerak di Jawa Timur juga begitu,” kata dia.
Haedar kemudian mengajak hadirin kembali bersyukur. “Alhamdulillah kalau kita ingin hidup sendiri. Muhammadiyah itu tanpa mikirkan umat, tanpa mikirkan bangsa, itu rasanya aman kita. Udah urus diri sendiri saja. Rasanya aman. Tetapi kan kita nggak begitu,” ujarnya.
Ia berharap warga Muhammadiyah sadar akan kebesaran Muhammadiyah. “Jadi, tolong, tumbuhkan pride, rasa bangga, bahwa ini milik kita untuk umat dan bangsa,” tuturnya.
Haedar mengaku sering kecewa dalam hati dan tidak pernah diungkapkan. “Sekarang ingin saya ungkapkan. Kalau ada orang Muhammadiyah, pimpinan Muhammadiyah dari pusat sampai bawah merasa kita ini nggak ada apa-apanya karena kita berpikir ini itu ini itu, sebenarnya itu seperti menggantang asap,” tegasnya.
Ia menjelaskan, pihak luar selalu bilang Muhammadiyah itu The Largest Modern Islamic Organization, organisasi Islam modern terbesar di muka bumi. “Bahkan ada buktinya, nanti baca karya Nurcholish Madjid itu,” ujarnya.
Haedar menegaskan, Muhammadiyah adalah organisasi Islam terbesar bukan hanya di Indonesia, tapi di tingkat dunia Islam. “Tidak untuk riya, tetapi untuk tumbuh rasa bangga dan rasa memiliki,” ungkapnya.
Jadi kalau ada orang-orang berkepentingan dengan Muhammadiyah, kata dia, dengan berbagai argumentasi dan retorika, kita harus ada kewaspadaan. “Ingat, kita ini besar, lalu nanti orang sering memanfaatkan kebesaran kita dengan menganggap kita ini kecil supaya ada dalam pengaruhnya,” ujar Haedar.
Maka insyaallah, lanjutnya, pihaknya akan menjaga yang besar ini agar tidak ada orang yang menyalahgunakan bahkan dengan harga yang murah. “Dan yang memperoleh keuntungan bukan kita tapi yang menjual Muhammadiyah ini,” tegasnya.
Haedar mengaku ada risiko menjaga Muhammadiyah. “Kadang ya seperti jembatan lah. Jembatan ini kan selalu dipuji menghubungkan dua daerah, dua tempat. Tapi enak nggak jadi jembatan, tiap hari diinjak-injak. Tapi ya gak papa jembatan itu gak pernah protes,” ujarnya.
Ia menambahkan, jika ada pagar, pasti inginnya dilompati saja. “Kenapa harus ada pagar, karena ada orang suka lompat, lompat pagar. Meski digerundeli kan. Kok ada pagar itu. Yang disalahkan bukan yang lompat, tapi siapa, pagar yang disalahkan,” jelasnya. “Nah ini kita jaga.”
Yang bisa kita lakukan, sambung Haedar, membuat akselerasi. “Disebut revitalisasi di zaman Pak Dien dulu, kita bikin dinamisasi pada saat ini menyambung dari itu agar amal usaha dan dakwah-dakwah Muhammadiyah itu terus bergelora, bergerak, dan masif seperti istilah Pak Saad,” ujarnya.
Haedar membayangkan, Gresik yang masih satu daerah saja sudah luar biasa. “Coba ada berapa daerah, ada 500 daerah, itu sumber daya. Tapi ingat daerah-daerah yang jauh, daerah-daerah yang masih terpencil, itu perlu dukungan dan bantuan kita,” pesannya.
Menurutnya, hal tersebut harus ada perluasan. “Dan terima kasih, Jawa Timur termasuk wilayah yang sangat peduli terhadap wilayah lain, daerah lain,” ungkapnya. (Vita)
Discussion about this post