PWMU.CO-Ruang kelas 9A SMP Muhammadiyah 4 Tanggul (SMP Muhata) Jember tampak sunyi, Kamis (1/2/2019). Hanya terdengar guru membacakan kisah Imam Abu Hanifah dan tukang sepatu pemabuk yang menjadi tetangganya.
Semua siswa duduk sambil menyimak. Tak ada satu pun berisik atau menyela. ”Setiap mabuk di tengah malam tukang sepatu itu memaki para tetangga yang mengabaikannya,” cerita guru. Akhirnya tukang sepatu ini ditangkap polisi karena mabuk.
Imam Abu Hanifah yang mendengar penangkapan itu meminta Amirul Mukminin untuk membebaskannya. ”Di rumah Imam Abu Hanifah bertanya, memang tetanggamu mengabaikanmu ya? Tukang sepatu itu menjawab, tidak. Anda telah menolong saya. Sejak itu tukang sepatu sadar dan berhenti minum khamr,” ujar guru menyudahi cerita.
Setelah itu guru membuat tabel di papan tulis apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan terhadap tetangga. Para murid diminta mengisinya. Siapa yang berani maju mengisi mendapat nilai.
Bergegaslah murid-murid berebut mengisi tabel. Setelah tabel terisi penuh dengan pendapat siswa, lantas membahas masing-masing pendapat sambil menanyakan alasan pendapat siswa.
”Alhamdulillah pendapat kalian benar semua. Begitulah anak- anak, sejatinya hak tetangga begitu besar. Bahkan ada hadits yang menyatakan, siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, muliakan tetangga,” katanya.
Guru mencontohkan ketika pindah rumah. Rumahnya terletak di tengah sawah jauh dari tetangga. Hingga suatu malam ketika pulang dan membuka pintu yang terdengar suara teriakan Mak Lampir.
”Bu Guru kaget. Teriakan Mak Lampir terdengar keras. Anehnya setelah itu terdengar iklan silih berganti. Eeh..ternyata hanya film TV yang ditonton tetangga. TV tetangganya disambungkan ke speaker sehingga keras suaranya,” kisah guru.
”Adakah orang yang punya TV begitu? Kan menggangggu tetangganya?” tanya murid.
Bu Guru menjelaskan, ”Di masyarakat desa hal seperti masih ada. Malah ada yang meletakkan salon- salon di teras. Membunyikan musik keras-keras. Mereka beranggapan hal itu bisa menyenangkan orang lain. Kalau di kota jangan. Bisa dilaporkan Pak RT,” kata Bu Guru disambut tawa ringan siswa. (Humaiyah)