Menurut Diah, ketika Auntie Rambhai ke Indonesia, ia sudah tidak peduli lagi soal itu. “Paman Vinai juga saya kabari, tapi sepertinya beliau sibuk sekali. Jadi tidak terlalu concern tentang hal ini. Toh, lagi pula waktu itu sudah diklarifikasi. Jadi dianggap sudah clear,” jelasnya.
(Baca juga: Ketika Muhammadiyah Jadi Tuan Rumah Kongres Boedi Oetomo)
“Tapi saya yang pusing,” ungkap Diah. “Karena banyak yang tanya ke saya. Bahkan pernah subuh-subuh saya ditelepon teman Ayah, hanya untuk tanya soal ini. Karena katanya, beliau baru saja ngobrol dengan seorang tokoh ormas tertentu yang bilang ke beliau bahwa salah satu anak KHA Dahlan ada yang Ahmadiyah,” jelas Diah.
Muhammadiyah di Thailand?
Ditanya pwmu.co soal perkembangan Muhammadiyah di Thailand, Diah menjelaskan bahwa di Thailand semua organisasi keagamaan dilarang berdiri atau mendirikan cabang, sekalipun itu organisasi Agama Buddha. “Tapi orang bebas melaksanakan kewajiban agamanya masing-masing,” ungkap Diah yang mengaku mendengar cerita ini dari Auntie Rambhai, yang pernah berdinas di KBRI Bangkok, Thailand,
Waktu itu Paman Phaesaal dan Paman Adnan Dahlan sempat ingin mendirikan Muhammadiyah di Songkhla, tapi terganjal aturan itu. Jadi hanya bisa berbentuk welfare (semacam rumah miskin).” Phaesaal dan Anan adalah anak Erfaan Dahlan, masing-masing anak ke-4 dan ke-7.
(Baca juga: Kisah Pak AR Ajari Mahasiswa Cara Hadapi Kristenisasi dengan Jurus Cerdas)
Mereka dengan dana patungan sendiri menghidupi welfare keluarga KHA Dahlan. Terutama untuk membangun sekolah. “Tapi saya kurang mengikuti kegiatan amalnya seperti apa. Karena mereka tidak mau cerita apa-apa,” ujar Diah.
Yang jelas, keluarga kami, kata Diah, di mana pun tetap memegang amanat KHA Dahlan untuk menghidup-hidupkan Muhammadiyah dan bukan hidup dari Muhammadiyah. “Prinsip itu, yang berusaha kami pegang dengan baik,” ujarnya menutup percakapan. (Mohammad Nurfatoni)