PWMU.CO – Di banyak tempat penyelenggaraan Pemilu 2019 dilakukan dengan gairah. Lain kondisinya di Tempat Pemungutan Suara (TPS) 40 Pondok Permata Suci (PPS) Manyar Gresik, Rabu (17/4/2019).
Merujuk pada undangan pemilih yang tertulis di form C-6 pemungutan suara dilakukan antara pukul 07.00-13.00. Tapi hingga pukul 07.35, TPS ini belum siap.
Mereka bekerja dengan selow seperti membiarkan waktu berlalu. Mungkin karena sudah merasa pengalaman, Pemilu dianggap biasa saja. Padahal pagi-pagi 10 pemilih sudah datang lebih awal. Selang semenit dua menit pemilih lainnya berdatangan.
Para pemilih yang makin banyak ini terpaksa menyabarkan hati menunggu petugas Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) menyiapkan kotak suara dan kartu suara.
Seorang ibu mengeluh menunggu terlalu lama. Padahal keinginannya datang pagi-pagi segera mencoblos urutan pertama lantas pulang.
”Sampai punggung saya garing kena sinar matahari. Tadi saya berangkat ke sini setelah jam masjid berbunyi 7 kali,” tutur Titik yang berdomisili di Jalan Mutiara 14.
Pemilih lainnya juga gusar dan jengah karena menunggu terlalu lama. Sampai-sampai terdengar celutukan seorang bapak berkacamata dengan rambut jambulnya bersemir keemasan. ”Gak profesional blas…”
Di TPS itu pemilih melihat bagaimana kerja KPPS. Ada yang membuka segel kotak suara lalu mengeluarkan surat suara. Kotak suara ditutup dengan baik kemudian ditempel stiker warna sesuai dengan judul tiap kotaknya di bagian depan dan lubang kotak suara.
Sedangkan surat suara yang sudah dikeluarkan dihitung dan ditulis keterangan serta dibubuhkan tanda tangan ketua KPPS dan stempel.
”Tadi saya datang masih dua kotak suara yang siap padahal ada lima kotak suara,” kata Titik sambil menunjuk kotak suara yang dimaksud.
Kotak suara pemilu tahun ini berbeda dengan pemilu yang lalu. Sekarang terbuat dari kardus tebal dan ada bagian transparannya. Yang lalu dari aluminium dan tidak ada bagian transparan.
Pukul 07.40 masih kurang satu kotak suara yang belum disiapkan. Setelah menunggu beberapa menit, pukul 07.47 TPS 40 memulai dengan panggilan satu pemilih. Padahal di sini ada empat bilik suara. Para pemilih lain heran kenapa pemanggilannya satu satu sehingga hanya satu bilik yang digunakan.
Petugas KPPS bagian registrasi menerangkan, menunggu kartu suaranya diberi keterangan dan masih dibubuhkan tanda tangan ketua KPPS.
Setelah berjalan beberapa menit ada pemilih manula Pak Qobul. Dia memberi saran agar papan info nama-nama calon legislatif dan capres dipindahkan agar terbaca baik oleh pemilih. Dengan sigap petugas KPPS memindahkan papan info itu.
Kecermatan petugas menangani sesuai urutan pemilihan juga diabaikan. Misalnya penjaga tinta tanda pemilih selesai mencoblos tak mengarahkan orang mencelupkan jarinya. Orang yang melenggang keluar usai mencoblos dibiarkan saja.
Seperti Arifin. Begitu selesai memasukkan surat suara ke kotak, dia langsung keluar tanpa ditegur petugas. Dia sendiri baru sadar kalau belum mencelupkan jari ke tinta saat berfoto selfi di TPS.
”Lo aku belum nyelup tinta aku tak balik, eman gawe kenang-kenangan kalau sudah nyoblos,” ujarnya nyengir sambil melihatkan kelingkingnya yang masih bersih. (Siti Mariyanti)
Discussion about this post