
PWMU.CO-Tidak ada sekolah swasta yang hebat karena pengurusnya. Yang membuat sekolah itu hebat adalah guru dan karyawannya.
Hal itu dikatakan Edy Susanto MPd, ketua Lembaga Penjamin Mutu Akademik (LPMA) SD Muhammadiyah 4 Surabaya, Jumat (26/4/2019)
Pernyataannya itu disampaikan dalam Rapat Kerja (Raker) Tahun Pelajaran 2019/2020 SD Muhammadiyah 8 Sutorejo Surabaya. Raker dengan tema Strategi Mengembangkan Sekolah Berkemajuan, Bermutu dan Berkarakter. Acara ini dihadiri seluruh guru dan karyawan.
Edy, peraih juara 1 Kepala SD Berprestasi Kota Surabaya tahun 2017 menyampaikan, kreativitas yang berkarakter dalam manajemen kelas sangat diperlukan. Sopan santun juga diperlukan. Contoh, dalam pengelompokan bangku siswa, tidak boleh membelakangi guru, saat guru memberikan penjelasan.
Di era global, sambung dia, hal yang perlu diperhatikan adalah interconnected (saling terhubung). Hubungan antara sekolah, guru, siswa dan orangtua harus tetap dijaga. Permasalahan yang muncul di sekolah berkaitan dengan kegiatan belajar mengajar akan sampai pada orangtua.
Karena itu diharapkan guru melaksanakan tugasnya dengan penuh tanggung jawab. ”Guru yang sering sakit menunjukkan kalau hati dan pikirannya tidak terhubung,” kata kepala SD Muhammadiyah 4 Surabaya periode 2014-2018 penuh semangat.
”Hindari jam kosong. Jika ada guru yang izin, dikondisikan ada guru pengganti,” tandas Edy memberi saran. Sekolah tidak perlu birokratif, tapi fleksibel. Informasi dapat dengan cepat diperoleh dari orang-orang terdekat dengan birokrasi, tanpa harus menunggu edaran. Sehingga dapat mengambil keputusan dengan cepat dan tepat.
Ukuran sekolah swasta adalah jumlah murid, karena biaya operasional dipengaruhi oleh besarnya uang SPP. Kota Surabaya, menurut dia, mempunyai peredaran uang yang cukup besar. Jadi ibaratnya, perlu membuat suatu kumparan magnet yang kuat agar orangtua mau mendaftarkan putra-putrinya di SDM 8 Surabaya ini.
Untuk meraih itu, Edy menyampaikan strategi, seperti sekolah harus ada bedanya. Inovasi, literasi, branding, marketing dan teamwork. Branding tidak harus mahal, misalnya tentang pembiasaan kerapian dan pembiasaan membaca doa sebelum melakukan kegiatan sehari-hari.
Dalam hal pembiasaan, menyanyikan lagu Indonesia Raya dan upacara bendera, menurut dia, dapat menghindari sifat yang radikal.
Tentang literasi, Edy meminta Nurul, guru kelas 1 untuk membaca buku yang dibawanya dalam waktu lima menit. Kemudian mengutarakan isinya.
Edy percaya dan yakin dengan membaca dapat mengubah cara berpikir seseorang. Karena itu, diharapkan siswa dibiasakan membaca buku selain buku pelajaran. Bisa buku pengetahuan atau buku cerita. Menurutnya, literasi akan membentuk pikiran orang. Orang yang berpikiran kaku dan keras menunjukkan tidak pernah membaca buku.
”Orang sukses ditentukan oleh dua hal. Satu, siapa orang yang ada di sekitarnya. Dua, buku apa yang dia baca,” tutur Edy. ”Hiasan di kelas yang paling indah adalah buku,” pesannya.
Wakil Kepala Sekolah Bagian Kesiswaan Sarofah Mukhtaromah ST menjadi bersemangat setelah mengikuti paparan ini. Dia yakin sekolah ini mampu menuju sekolah maju.
”Ternyata, kita dengan Pucang (SD Muhammadiyah 4 Pucang Anom) tidak jauh berbeda. Apa yang kita alami dan rasakan, mereka juga mengalaminya,” tuturnya. Bedanya, kemampuan menyelesaikannya. (Jumaliah)