PWMU.CO – Nazar Fanani, pria yang satu ini pernah berjuang keras melawan tuberkulosis (TBC) hingga sampai akhirnya terbebas dari penyakit itu.
Ditemui ketika acara Peringatan Hari TBC Sedunia di Wahana Ekspresi Pusponegoro Gresik, Ahad (28/4/18), dia menceritakan, baru mengetahui terinfeksi penyakit berat ini pada awal Januari 2017.
Awalnya batuk-batuk. Dia mengira batuk biasa. Setelah dua pekan batuknya tak kunjung henti ditambah keluar bercak darah, ia berobat ke Puskesmas Alun-alun Gresik.
”Waktu itu kalau malam badan ini panas, tapi keluar keringat dingin. Nggak ada aktivitas tapi keringat keluar terus,” katanya.
Di puskesmas, ia diperiksa dahaknya (tes molecular). Hasilnya positif terkena TBC. Kaget dan sedih saat mengetahui hal itu. Berbagai pertanyaan timbul dalam benaknya. Kenapa sampai terkena penyakit seperti ini. ”Ternyata saya ketularan teman di tempat kerja,” ujarnya.
Atas saran dokter, ia mengikuti pengobatan lini pertama selama enam bulan. ”Saya sembuh. Kemudian kambuh lagi saat kekebalan tubuh ngedrop,” ucapnya.
Pengobatan lini pertama gagal. Dia mengikuti pengobatan lini kedua. Pengobatan TB MDR (Multi Drug Resistant) selama dua tahun. Pengobatan jangka panjang (long regiment) ini lanjutan dari lini jangka pendek (short regiment) untuk pasien yang belum berhasil sembuh di tahap pertama.
”Kalau sekarang ada yang sembilan atau sebelas bulan, tergantung kondisi pasien. Obat yang direkomendasikan dari dokter dosisnya lebih tinggi,” terangnya.
Selama sakit, lanjutnya, ia tidak bisa bekerja karena mual dan pusing. ”Tulang ini seperti orang yang kena asam urat, cekot-cekot. Bener-bener efek sampingnya terasa sekali,” keluhnya.
Obat yang bekerja di tubuh pasien selama 0-4 bulan begitu terasa efek sampingnya. Dari sini banyak pasien yang mundur karena tidak kuat merasakan begitu besar pengaruhnya pada tubuh.
”Alhamdulillah dukungan dari keluarga terutama istri, saya bisa melewati tahap ini,” tegasnya. Selama 24 bulan pengobatan, bapak tiga anak ini mendapat suntikan setiap hari selama 8 bulan dan meminum 19 macam obat.
Pria yang tinggal di Jl. KH Wakhid Hasyim 5A/53 Kauman Gresik itu menceritakan, penyakitnya itu sempat menular ke anak ketiganya. Dia besyukur setelah anaknya mengikuti pengobatan lini pertama, langsung sembuh. ”Alhamdulillah anak saya nggak pakai disuntik, pil yang diminum cuma empat macam,” terangnya.
Sekali lagi dia bersyukur karena keluarga, kerabat dan lingkungan mendukungnya untuk sembuh. Terutama dari istri, Nur Hidayah. Tidak ada yang mengucilkannya waktu itu. ”Dari sinilah saya merasa terpanggil dan mendaftarkan diri sebagai Patient Support,” tegasnya.
Pasient Support (pasien suporter) adalah orang yang mendampingi penderita TB selama mereka sakit dan menjalani penyembuhan. Mereka memberikan semangat agar tidak putus berobat sebab ini penyakit menular. ”Agar sembuh, kita kawal sampai akhir pengobatan,” tuturnya.
Sudah berjalan satu tahun ini dia bergabung dalam Pasient Support komunitas TB Care Aisyiyah Gresik.
Tugasnya, mendatangi rumah- rumah penderita TBC. Mulai Gresik Kota, Cerme, Ujung Pangkah, Menganti, Balongpanggang, juga Lamongan. Pasien dirujuk ke Rumah Sakit Ibnu Sina Gresik.
”Satu orang Pasient Support mengawal 11-15 pasien,” ujarnya. Daerahnya meliputi Gresik, Lamongan, Tuban, dan Bojonegoro.
Pesannya kepada penderita TB, ikuti pengobatan dengan program yang ada. ”Jangan bilang sehat kalau bukan dokter yang menyatakan sehat,” tuturnya. (Anik)