PWMU.CO – Banyak umat Islam yang tidur setelah shalat subuh dan makan sahur. Tidak percaya? Tanyakan hal itu pada dr Tjatur Prijambodo MARS yang sering memberi kajian dengan tema puasa dan kesehatan. Dalam berbagai forum, dokter ini sering melakukan “survey” kecil-kecilan, seperti yang ia lakukan saat memberi Kajian Ramadhan Pimpinan Cabang Muhammadiyah dan Aisyiyah Widodaren, Ngawi, di Aula Perguruan Muhammadiyah Tempurejo, Senin pagi, (6/6) kemarin.
(Baca: Tujuh Penyakit Ini Bisa Disembuhkan dengan Puasa dan Berbagai Mitos di Seputar Menstruasi)
“Adakah di antara para jamaah yang Ramadhan tahun lalu menjalankan ritual tidur setelah shalat subuh?” begitu Tjatur melakukan “survey”. Apa hasilnya? Ternyata hadirin serempak menjawab, ” Banyaaaaak …”
Menurut Tjatur, tidur setelah makan sahur menjadi salah satu penyebab gagalnya puasa menuju sehat. Ketua Badan Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba (BP2N) Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur ini mengatakan, ketika tidur semua organ dalam tubuh akan melambat metabolismenya. “Usus dan lambung akan lambat dalam mencerna makanan. Akibatnya makanan tidak tercerna dengan sempurna,” katanya.
Padahal, kata Tjatur, makanan yang tidak tercerna dengan sempurna ini akan “dimakan” oleh bakteri buruk. Akibatnya, jumlah bakteri buruk di dalam lambung dan usus menjadi dominan. “Sifat bakteri ini anaerob (miskin oksigen), sehingga hasil metabolisme bakteri ini bersifat asam,” jelasnya.
(Baca juga: Mengapa Berpuasa Justru Jadi Gemuk … Ini yang Seharusnya dan Mitos Mandi Malam Upaya Menjauhkan Muslim dari Tahajud)
Menurut pengasuh rubrik kesehatan majalah Matan ini, bakteri ini akan menghasilkan zat asam nitrit yang bersifat sangat asam. Sementara asam nitrit ini akan meningkatkan derajat keasaman tubuh. “Derajat keasaman tubuh yang meningkat drastis akan membebani sistem metabolisme tubuh. Selain itu, terjadi penumpukan gas racun amonia dalam tubuh,” paparnya di hadapan 1.600-an jamaah.
Selain tidur setelah sahur, berbuka dengan ‘balas dendam’ juga menjadi penyebab gagalnya puasa yang sehat. Ketua Divisi Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Masyarakat MPKU PWM Jawa Timur ini menjelaskan, berbuka yang langsung mengkonsumsi makanan ‘berat’, akan membuat lambung yang baru saja istirahat 10 jam, ‘kaget’. Lambung kaget karena jenis makanan yang masuk tergolong polisakarida (rantai dengan molekul rumit) yang terdiri dari ratusan, bahkan ribuan monosakarida.
(Baca: Ketika Tidak Puasa 2 Edisi Ramadhan Karena Hamil-Menyusui dan Meski Pola Makan Berubah 2 Kali dari 3 Kali Selama Puasa, Kenapa Harga Sembako Malah Lebih Mahal?)
“Mengapa Rasulullah mencontohkan makan kurma saat berbuka?” tanya Tjatur pada jamaah. “Karena kurma mengandung karbohidrat dalam bentuk yang paling sederhana, monosakarida,” ungkapnya. Maka jika berbuka dengan kurma, kata Tjatur, lambung akan mengalami fase transisi sehingga tidak akan terjadi ‘kekagetan’.
“Berbuka puasa terbaik adalah hanya dengan kurma dan air. Lalu shalat Maghrib, Isya, dan tarawih. Baru setelah itu makan makanan ‘berat’,” pesan Tjatur, yang juga mengingatkan bahwa Rasulullah SAW tidak pernah tidur setelah sahur dan shalat Subuh. “Usahakan melawan kantuk dengan bertadarus atau membaca buku-buku Islam yang bisa menambah pundi pahala kita,” turunya.
Dalam Kajian Ramadhan yang dibarengkan dengan Milad Aisyiyah ke 102, Ketua PCA Widodaren, Hj Siti Zaidah SAg menekankan pentingnya berpuasa untuk menjadi orang yang bertaqwa. Sementara itu Ketua PCM Widodaren, H Supardi MPdI, menyampaikan perlunya mengetahui ilmu tentang puasa yang menyehatkan. (MN)