PWMU.CO -Rosdhul kiblat atau penentuan arah kiblat shalat bagi umat muslim melalui bayangan matahari menarik untuk disimak. Seperti dilakukan siswa SMA Muhammadiyah 1 Taman Sidoarjo (Smamita) saat pelaksanaan Darul Arqam, Senin (27/5/2019).
Di lantai 9 puncak Smamita Tower, Ustad Syamsu Alam Drajat sebagai instruktur mengajari siswa menentukan arah kiblat dengan melihat bayangan tubuh atau benda.
Dia mengatakan, penentuan arak kiblat melalui bayangan matahari setiap tahun terjadi dua kali dalam putaran kalender Masehi.
Cara ini tanpa memakai perhitungan, kompas, cukup melihat arah bayangan benda dijamin persis menuju arah kiblat. Hari itu siswa Smamita membawa tongkat untuk dijadikan patokan bayangan. Juga disediakan kompas untuk melihat letak derajat garisnya.
Dijelaskan, menurut perhitungan Ilmu Falak hari Senin ini posisi matahari persis di atas Kakbah sehingga bayangan benda di sekelilingnya bisa dipakai sebagai patokan menentukan kiblat. Saat matahari tepat berada di atas Kakbah di Mekkah, di wilayah Surabaya itu terjadi pada pukul 16.18 WIB.
”Cukup berdiri pada jam ini, maka bayangan kita itu menunjukkan persis arah kiblat,” tandas alumnus Smamita tahun 2013.
Jika ingin arah ini menjadi permanen maka posisi bayangan itu diberi garis. Dari garis ini bisa dipakai menentukan arah membangun masjid atau membuat garis shaf.
Fenomena alam ini, sambung dia, terjadi dua kali sepanjang tahun. Untuk tahun 2019, pertama, terjadi pada Senin, 27 Mei 2019 pukul 16.18.
Kedua, lanjut Syamsu, datang lagi pada 15 dan 16 Juli 2019 pukul 16.27. ”Bedanya hanya waktunya,” ungkap guru lulusan Universitas Muhammadiyah Malang yang membidangi Ilmu Falak ini.
Menurutnya, dengan fenomena ini semua pakar Ilmu Falak dan astronomi secara tradisi turun menurun selalu melakukan roshdul kiblat.
Dikatakan, Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah mengimbau pada tanggal ini memverifikasi ulang arah kiblat di setiap masjid, mushala, garis shaf.
Praktik ini telah memberikan pengetahuan falak kepada siswa sekaligus praktinya. Haedar Muhammad, kelas XI IPA 3 mengatakan, ternyata ada ilmu falak sederhana yang bisa dipraktikkan seperti hari ini. (Emil)