PWMU.CO – Kondisi umat Islam saat ini masih rapuh sehingga mudah dirobohkan, bahkan dicerai-beraikan oleh berbagai macam kepentingan.
Sebagai penduduk mayoritas negeri ini, rapuhnya umat Islam menjadi cermin kondisi bangsa dan negara. Karena itu negeri ini belum diperhitungkan atau belum punya marwah.
Hal itu disampaikan oleh Ustadz Muhammad Ali Susanto pada Kajian Ahad Pagi di Masjid Al-Jihad Kompleks Pusat Dakwah Muhammadiyah Situbondo, Ahad (26/5/19)
Ali mengatakan di dalam kitab Muqadimmah Ibnu Khaldun mengajukan tesis bahwa runtuhnya keadaban bahkan peradaban sebuah bangsa itu akar masalahnya ada dua hal. “Yakni luruhnya ikatan ukhuwah dan merebaknya materialisme atau paham kebanggaan akan materi kebendaan,” ujarnya.
Menurut Ali, lemahnya ukhuwah ini disebabkan banyak pihak yang menginginkannya. “Karena sebenarnya pertentangan yang hak dan bathil itu adalah sunatullah,” ujar pria yang juga Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Buleleng Bali ini.
Rapuhnya ukhuwah, sambungnya, juga berasal dari kecintaan kita kepada dunia yang berlebihan. “Dunia dianggap sebagai tujuan hidup, sehingga diperjuangkan dengan menghalalkan segala cara. Tega menggunting dalam lipatan dan menyikut teman sendiri,” katanya.
Dia menturkan, Alquran surat Ali Imran 103 menegaskan, persaudaraan merupakan nikmat Allah yang tidak ternilai harganya. “Bersatu atau bersaudara adalah karunia Allah yang jika diabaikan kemudian kufur maka berpotensi akan membawa ke jurang neraka, bukan hanya perpecahan,” ujar pria asli Asembagus Situbondo ini.
Ketika umat berseteru atau bermusuhan, lanjutnya, maka yang muncul adalah pikiran dan prasangka buruk terhadap saudara sendiri. “Ini ciri perpecahan sehingga rahmat persaudaraan dicabut. Maka mudah diombang-ambingkan dalam situasi yang tidak jelas. Sangat mudah ditembak oleh mereka yang punya kepentingan,” tegasnya.
Paham materialisme, ternag dia, menyebabkan orang terlalu mengejar dunia sehingga memilih pelit dan kikir daripada menjadi dermawan. “Ini yang oleh Alquran disebutkan hanya akan menimbulkan penyesalan. Maka berhati-hatilah dengan dunia. Karena memang dunia hanya tempatnya tipu-tipu dan permainan,” pesannya.
Ali juga mengutip Alquran surat Al-Munafiqun 10 yang menggambarkan tentang orang yang ketika sakaratul maut minta ditunda karena dia tidak mau berbagi kekayaannya selama di dunia. Padahal yang kita miliki bukanlah hak prerogatif kita. “Itu karunia Allah yang sebagiannya harus dibagikan. Bersegeralah sedekah kepada yang berhak, karena tidak ada penundaan saat maut,” tuturnya.
Da mengatakan, sebenarnya Lazismu tidak usah repot kalau kesadaran umat ini tinggi. Tidak ada cerita orang berinfak yang jadi miskin dan sengsara. “Survey membuktikan justru mereka yang pelit dan kikir serta berat berbagi dengan sesama yang akan menyesal,” tegasnya. (Sugiran)