PWMU.CO – Orangtua diminta memahami pertumbuhan dan perkembangan anak agar bisa memberikan perlakuan yang tepat sehingga fisik dan mentalnya berkembang dengan baik.
Hal itu disampaikan Hj. Sri Hartini Handoyo SPsi MPsi, psikolog dari Pusat Pelayanan Psikologi Terapan Yayasan Psikologi Surabaya ketika dikunjungi di rumahnya, Kamis (13/06/2019). Kunjungan dilakukan guru MI Muhammadiyah 10 Rejosopinggir Tembelang Jombang.
”Tumbuh kembang anak yang satu dengan lainnya itu berbeda-beda karena dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan. Pengertian pertumbuhan dan perkembangan adalah dua hal yang berbeda,” ujar Sri Hartini.
Pertumbuhan, kata dia, adalah perubahan yang bersifat kuantitatif atau dapat diukur. Pertumbuhan menyangkut ukuran dan stuktur biologis pada tubuh anak. ”Sedangkan perkembangan adalah perubahan kuantitatif dan kualitatif yang meliputi bertambahnya kemampuan struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks,” katanya.
Menurut dia, tahapan tumbuh kembang anak yang baik dan sehat berlangsung sesuai dengan tahapan usianya. Misalnya, saat si kecil berusia 12-18 bulan ia sudah bisa berdiri sendiri tanpa berpegangan.
Dia menjelaskan, macam perkembangan yang akan dialami oleh anak, pertama, perkembangan kognitif. Perkembangan ini berkaitan dengan pengetahuan. Atau bagaimana anak dapat mempelajari dan memikirkan lingkungannya.
Kedua, sambung dia, perkembangan sosial. Ini berkaitan dengan aspek-aspek psikologis. Seperti emosi, motivasi, perkembangan diri pribadi, serta bagaimana anak berhubungan dengan orang lain. ”Pada fase tumbuh kembang anak ini, anak sudah mulai belajar bertanggung jawab dan mengendalikan perasaannya,” tuturnya.
Disebutkan, cara menumbuhkan sosial yang baik terhadap anak bisa lewat mengenalkan dengan lingkungan sekitar. Kemudian sering-sering diajak komunikasi. ”Ketika anak sudah menginjak usia 9 tahun sudah saatnya diberi pemahaman tentang sex education, ” ujarnya. Pengenalan fungsi organ kelamin.
Di zaman millennial seperti ini, menurut dia, orang tua juga harus menjadi millennial. Jangan sampai kalah sama anak. Untuk mengikapi zaman ini orangtua harus memahami kepribadian anak. Lantas lakukan pendekatan persuasif (menyenangkan).
Dengan pendekatan yang menyenangkan, katanya, akan tercipta situasi yang kondusif. Kita juga harus tahu pola asuh yang pas untuk menghadapi anak kita sesuai dengan kepribadiannya.
Sebagai guru dan orang tua jangan sampai kita menjanjikan sesuatu kepada anak, misalkan, kalau nanti nilaimu bagus akan dapat hadiah. ”Jangan pernah melakukan hal ini, karena ini akan membentuk anak yang kurang bertanggung jawab,” tuturnya. (Zuly Ahsan)