PWMU.CO-Penulis yang baik mampu mendeskripsikan sebuah peristiwa secara detail sehingga memberikan informasi yang lengkap kepada pembaca.
Hal itu disampaikan Ketua Lembaga Informasi dan Komunikasi (LIK) PWM Jawa Timur Sugeng Purwanto ketika mengisi Pelatihan Menulis Deskriptif sebagai Dakwah Digital dan Marketing Sekolah di SMA Muhammadiyah 1 Taman (Smamita) Sidoarjo, Kamis (24/10/2019).
Pelatihan ini diikuti oleh 37 guru sekolah Muhammadiyah-Aisyiyah Sepanjang, Waru, Krian dan Kemlaten. Acara ini atas kerja sama PCM-PCA Sepanjang, Smamita, dan LIK PWM Jatim.
Sugeng menjelaskan, ciri sebuah tulisan itu lengkap ketika dibaca tidak memicu pertanyaan dari pembaca karena semua informasi sudah disajikan.
”Anda pasti pernah membaca sebuah berita malah jengkel karena peristiwanya tidak runtut, tak menjelaskan hubungan sebab akibat, ada sesuatu yang hilang,” ujar mantan wartawan Surabaya Post ini.
Kemampuan menulis deskripsi, sambung dia, didukung kesabaran mengumpulkan data, mengamati peristiwa, dan wawancara untuk mencari jawaban suatu masalah yang diberitakan.
“Hindari menulis berita secara minimalis. Hanya what, who, where, dan when. Berita minimalis itu tak ubahnya seperti pengumuman,” katanya. “Makanya gali data dengan pegangan kata why dan how,” sambung mantan Redaktur Pelaksana Surabaya Post ini.
Secara sederhana dia mencontohkan tulisan deskripsi profil, suasana dan peristiwa. ”Deskripsi profil menjelaskan sosok seseorang dengan detail. Gambarkan bentuk, perawakan, latar belakang, umur, mata, rambut, dan lainnya. Dengan deskripsi ini pembaca bisa membayangkan dengan jelas seseorangyang diceritakan,” tuturnya.
Sedangkan deskripsi suasana, dia menerangkan, menjelaskan kemampuan menggambarkan suatu kondisi yang melingkupi seseorang. Misalnya, menjelaskan luas ruang pelatihan, jumlah peserta, kondisi peserta, kenyamanan ruang ber-AC, penataan kursi, warna dinding, respon peserta.
Deskripsi peristiwa adalah kemampuan menggambarkan runtutan kejadian secara detail mulai awal hingga akhir. Termasuk detail ekspresi dan pernyataan orang-orang yang terlibat dalam peristiwa itu.
”Deskripsi peristiwa seperti ini membuat pembaca merasa seperti berada dalam peristiwa itu, ikut terbawa perasaannya,” tandasnya.
Misalnya ketika menulis sebuah pertunjukan stand up comedy, kata dia, jangan hanya menulis kalimat penampilan para peserta sangat lucu sehingga membuat penonton terpingkal-pingkal. ”Kalimat seperti ini membuat pembaca bertanya, lucune endi wong tulisane gak ono opo-opone,” katanya mengundang tawa peserta.
Agar pembaca ikut tertawa dan merasa menonton pertunjukan itu, sambung dia, tuliskan kalimat, kosa kata, istilah, ungkapan, gaya bicara, mimik, intonasi suara peserta stand up comedy dan suasananya. Dengan cara ini pembaca paham kalimat yang lucu seperti apa sehingga begitu membaca langsung tertawa.
”Untuk bisa menuliskan deskripsi seperti itu harus punya kemampuan mencatat dengan cepat dan lengkap. Kalau tak mampu pakailah perekam,” katanya.
Untuk menguji kemampuan menulis deskripsi, Sugeng meminta peserta menulis deskripsi profil dan suasana seperti dicontohkan. Dari praktik menulis itu dipilih empat tulisan terbaik dengan hadiah buku. (*)
Penulis Agus Widiyanto, Jakfar Editor Sugeng Purwanto