Profetisme Pemuda Muhammadiyah artikel opini oleh Arief Hanafi, anggota Informasi dan Komunikasi Pemuda Muhammadiyah Sidoarjo.
PWMU.CO– Bagi saya Pemuda Muhammadiyah merupakan simbol gerakan profetik. Artinya, gerakan ini selaras dengan misi dakwah kenabian. Tahun 2016 Pemuda Muhammadiyah fokus pada isu pemberantasan korupsi dan penegakan Hak Asasi Manusia (HAM). Tidak hanya wacana, namun aksi nyata.
Isu profetisme Pemuda Muhammadiyah itu sempat viral pada zamannya. Bisa di-googling dengan mengetik ’madrasah anti korupsi’ maka deretan informasi yang muncul adalah pemberitaan program unggulan Pemuda Muhammadiyah. Program ikhtiar memberantas korupsi di negeri ini.
Jika menulis kata kunci ’Pemuda Muhammadiyah dan Siyono’ maka muncul puluhan berita kiprah penegakan HAM yang dilakukan Pemuda Muhammadiyah melakukan advokasi kepada Siyono, terduga teroris yang meninggal dunia secara tidak wajar di tangan Densus 88.
Jejak digital tadi bukti, Pemuda Muhammadiyah serius dalam persoalan Hukum dan HAM. Gerakan itu adalah terobosan yang sangat dirasakan dalam mencari keadilan di Indonesia. Keberhasilan itu bukan sebatas romantisme masa lampau, melainkan sebagai inspirasi gerakan di masa mendatang.
Di usia 88 tahun, Pemuda Muhammadiyah mengambil tema milad Meneguhkan Solidaritas, Menebar Kebaikan, Mencerahkan Semesta. Tema ini dipilih bukan tanpa alasan. Sunanto, Ketua Umum Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah menegaskan spirit tema ini sesuai dengan kondisi umat di seluruh dunia yang sedang mengalami cobaan akibat pandemi Corona.
Diharapkan umat manusia bersatu padu memutus mata rantai penyebaran virus ini. Pandemi Covid-19 berdampak pada berbagai sektor kehidupan sosial, pendidikan, hingga ekonomi. Wabah Covid-19 menjadi tantangan sekaligus peluang untuk berkontribusi bagi umat.
Peran Profetik di Masa Covid
Meminjam konsep profetik Kuntowijoyo, ada tiga aspek yang menjadi pijakan Pemuda Muhammadiyah untuk bergerak. Pertama, dengan humanisasi, akan mampu menjadi manusia sejati jika menyeru pada kebaikan. Menjalankan tugas dan tanggung jawab sebagai individu, masyarakat dan hamba Tuhan. Pada titik inilah, Pemuda Muhammadiyah diharapkan tampil sebagai aktor atau pioner dalam beramar makruf nahi munkar.
Kedua, liberasi bertujuan memerdekaan umat manusia dari segala bentuk ketidakadilan yang bertentangan dengan perikemanusiaan dan akal budi manusia. Persoalan ketimpangan sosial-ekonomi, relevan dengan kondisi sekarang.
Solusi atas ketimpangan yang disebabkan persoalan struktural harus mampu ditafsir ulang. Ini bertujuan agar gerakan pembebasan selalu kontekstual, sesuai dengan tuntutan zaman.
Ketiga, melalui kesadaran transendental, yaitu kesadaran lillah. Aspek ini menekankan pada hubungan vertikal antara manusia dan Tuhan. Nilai transendensi bersumber dari Tuhan berdampak pada meningkatnya iman. Sehingga saat menjalankan tugas humanisasi dan liberasi dilandasi oleh keimanan dan ketakwaan.
Posisi Pemuda Muhammadiyah dalam struktur masyarakat sangat strategis. Pasalnya, mempunyai modal sosial sangat besar yang menjangkau arus masyarakat bawah, dan akses negosiasi dengan kelas atas (pemerintah).
Masyarakat rindu dengan terobosan inovatif dan solutif. Ide-ide segar dari kaum muda ini menjadi harapan umat. Dalam ranah dinamika kebijakan misalnya, Pemuda Muhammadiyah diharapkan menjadi garda depan menyuarakan kebenaran sekaligus penyeimbang kebijakan dari pemerintah.
Gagasan bidang ekonomi misalnya, dapat memberikan wacana kepada pemerintah untuk bersinergi menekan angka pengangguran, membantu mengintervensi daya beli masyarakat, hingga menjaga kondisi finansial dunia usaha.
Badan Pusat Statsitik (BPS) melaporkan per Februari 2020, atau saat sebelum pandemi Covid-19, angka pengangguran di Indonesia mencapai 6,88 juta, naik 60 ribu orang per tahun.
Sebagai gerakan profetik, Pemuda Muhammadiyah harus terus dinamis menghadapi tantangan. Agar tahan banting harus memperkuat basis keilmuan bidang pemberdayaan sosial ekonomi dan memperkuat jaringan. (*)
Editor Sugeng Purwanto