Mbah Duryat Wafat, Ini Jejak Perjuangannya. Obituari ditulis oleh Choirul Mahfud, Dosen Agama Islam ITS Surabaya kelahiran Tempurrejo, Ngawi.
PWMU.CO – Keluarga Besar Muhammadiyah Ngawi Jawa Timur berduka. Tokoh inspiratif pendidikan Muhammadiyah Tempurrejo, Ngawi, Drs H AS Duryat MA, wafat Rabu (5/8/2020) bakda Maghrib.
Innalillahi wainna ilaihi rajiun. Berita ini tentu sangat mengagetkan. Namun, usia adalah bagian dari takdir dan ketentuan Allah SWT yang tak bisa dielakkan.
Siapa Mbah Duryat
Sosok Mbah Duryat—sapaan akrabnya—mungkin masih terdengar asing di telinga pada sebagian generasi sekarang. Namun, kiprah Mbah Duryat hingga kini masih bisa dirasakan, ditelusuri, dan diteladani warga Muhammadiyah di Ngawi dan sekitarnya.
Banyak sekali jasanya bagi perkembangan pembangunan sumber daya manusia (SDM) di lingkungan Muhammadiyah Ngawi. Hal itu tidak lepas dari kiprah dan kontribusi Mbah Duryat saat masih menjadi Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Muhammadiyah di kampus Tempurrejo dan Mantingan Ngawi.
Saat itu dia berusaha memberikan pelayanan terbaik dalam mencetak guru-guru agama di lingkungan Kabupaten Ngawi. Tidak hanya untuk menjadi guru PNS bidang agama di Kementrian Agama yaitu MI, MTs, dan MA.
Dia juga ‘mencetak’ guru agama SD, SMP, dan SMA di lingkungan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Inilah tugas mulia memberikan pelayanan pendidikan di kampus STIT Muhammadiyah.
Pada saat yang sama, Mbah Duryat juga banyak berkiprah di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Mantingan. Dia juga terlibat dalam pengembangan madrasah di MAN Madiun. Rasanya, Mbah Duryat tergolong aktivis Muhammadiyah yang gesit dan aktif. Bayangkan saja, jarak Ngawi dan Madiun pada saat itu, yang belum ada jalan tol seperti sekarang.
Pada tahun 2001, Mbah Duryat juga tercatat berhasil merintis Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Muhammadiyah 2 Mantingan Ngawi yang terus berkemajuan hingga saat ini.
Mudah Bergaul Banyak Relasi
Mbah Duryat yang lahir dari keluarga besar Bani Mangun Wiryo di Desa Tempurrejo, Widodaren, Ngawi ini tumbuh dari keluarga Muhammadiyah. Namun dia dikenal sebagai orang yang mudah bergaul, dermawan, dan murah senyum. Oleh karena itu, Mbah Duryat memiliki banyak relasi dan jaringan pergaulan yang luas. Dari ujung desa sampai kota; Surabaya hingga Jakarta.
Selain itu dia merupakan sosok bersahaja, rendah hati, dan suka membantu. Banyak sekali jasanya dalam mencetak guru andalan. Tidak hanya itu, Mbah Duryat juga mempunyai jiwa dan karakter pejuang pantang menyerah dalam membantu mengembangkan pendidikan Muhammadiyah di Tempurrejo dan Mantingan.
Terutama dalam membantu agar para guru-guru Muhammadiyah mau melanjutkan kuliah di Program Sarjana Bidang Pendidikan Agama Islam di STIT Muhammadiyah. Setelah lulus pun, tidak sedikit yang dibantu bisa mengabdikan diri di berbagai sekolah dan madrasah di kawasan Kabupaten Ngawi.
Bahkan, Mbah Duryat berikhtiar mengajak dan mendorong agar para guru dan dosen di lingkungan amal usaha pendidikan Muhammadiyah Ngawi melanjutkan kuliah S2 di Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Malang (UMM). Hebatnya, dia sendiri memberi teladan dengan melanjutkan kuliah S2 di UMM hingga diwisuda.
Meskipun waktu itu usia sudah tidak lagi muda, Mbah Duryat tetap bertekad membantu siapa saja, para guru dan keluarga Muhammadiyah yang ingin mengembangkan dirinya dengan melanjutkan kuliah di STIT Muhammadiyah. Termasuk berupaya mencarikan solusi beasiswa.
Usaha Mbah Duryat itu saya lihat sendiri. Suatu saat, saya pernah diajak ke Kantor Gubernur Jawa Timur di Surabaya. Keperluannya: mengecek progress report program beasiswa program sarjana untuk guru madrasah di STIT Muhammadiyah Tempurrejo.
Pesannya untuk Kita
Sejak dulu, Mbah Duryat termasuk pimpinan Muhammadiyah yang tidak mempermasalahkan banyaknya pembayaran SPP kuliah yang tertunda. Khususnya dari warga atau keluarga Muhammadiyah yang kuliah di perguruan STIT Muhammadiyah.
Hal itu, tentu saja meringankan beban murid atau mahasiswa dan orangtuanya. Insyaallah akan menjadi amal baik dan akan diingat orang yang pernah dibantunya.
Seperti tokoh Muhammadiyah lainnya, Mbah Duryat juga berpesan kepada kita semua untuk selalu meneruskan perjuangan Muhammadiyah. “Bila sukses, jangan lupa kembali untuk Muhammadiyah dan bangsa Indonesia tercinta,” begitu ungkapnya suatu ketika.
Mbah Duryat wafat meninggakan istri bernama Sri Nurani dan tiga anak: Dewi, Nunik, dan Drajad. Semoga, ilmu, amal, dan ibadah Mbah Duryat diterima oleh Allah SWT dan wafatnya tergolong husnul khatimah. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni.