Orang Saleh yang Sombong tulisan Ali Murtadlo, jurnalis di Surabaya.
PWMU.CO-Mungkin Anda juga dikirimi. Video Cak Nun. Emha Ainun Nadjib. Tentang kesombongan orang saleh. Orang alim. Rupanya shalat kita, sujud kita, tersungkur-sungkurnya kita di hadapan Allah belum membuat kita untuk menjadi manusia yang rendah hati.
Di video lain Cak Nun bercerita tentang tujuh tamunya yang mengundangnya berceramah. Semuanya mengenakan baju muslim. Di antaranya bergamis dan serban. Wangi, bersih, dan lemah lembut. Tutur katanya sangat tertata.
Tapi Cak Nun marah, walau kemudian menyesali kemarahannya. Itu dipicu dari kedatangan wanita yang setiap hari bertandang ke rumah Cak Nun di Yogya. Kata Cak Nun semua orang di kampung mengatakan, wanita itu kurang waras, ngomongnya sering tidak nyambung. Tapi di rumah Cak Nun, wanita ini bisa ngomong normal meski tak selancar orang normal.
Mengapa Cak Nun marah? Karena wanita yang memang tak pernah mandi dan berfisik kotor ini, tak disalami oleh para tamunya. Atau menurut bahasa Cak Nun, tetamunya gojak-gajek (ragu-ragu) untuk bersalaman meski Cak Nun sudah memperkenalkannya. ”Ustadz, perkenalkan ini Mbak Nur, wanita sebelah sini,” kata Cak Nun.
”Antum mengapa ragu-ragu bersalaman. Apa Anda pikir, Anda pasti masuk surga, dan dia masuk neraka?” kata Cak Nun. ”Itu salah karena Anda dan saya nanti dihisab Allah, sedang dia tidak. Dia langsung masuk surga,” lanjut Cak Nun.
Makna Kotoran
Pria asli Jombang yang pernah mondok di Gontor dan kuliah di UGM ini mengatakan,”Apakah Anda pikir dia kotor, dan Anda bersih? Bagaimana mungkin Anda menyimpulkan begitu? Apa gerangan kotor, apa gerangan bersih? Menurut ukuran mata siapa bersih dan kotor itu? Antum ustadz, ulama mestinya tahu hakekat kotor, hakekat bersih.”
”Itu namanya apa?” lanjut Cak Nun,”Kesombongan apa…, kesombongan orang alim. Kesombongan orang saleh.” Tapi, kata Cak Nun bergegas, tidak lantas kita jangan jadi alim supaya tidak sombong. Atau jangan tidak kaya, supaya tidak sombong.
”Kayalah tapi tidak usah sombong. Kuasalah tapi rendah hati. Pandailah agar kita lebih arif dan menjadi alim. Salehlah supaya engkau mampu merendahkan dirimu di bawah orang yang paling rendah pun.”
Mental kita kadang memang tidak mengikuti kenaikan tingkat kita, kelas kita, level kita. Punya motor baru bisa menambah kesombongan. Mobil baru menambah kesombongan. Punya jabatan baru menambah kesombongan. Termasuk ketika kita merasa sangat dekat kepada Allah, alim, ahli ibadah tapi kalau mental ini tidak kuat bisa juga menggelincirkan kita menjadi orang saleh atau orang alim yang sombong. Seperti yang disinggung Cak Nun di videonya.
Ada satu lagi pesan Cak Nun. Tapi, yang ini level tinggi. Kata Cak Nun, daki, kotoran yang oleh Allah disembunyikan seolah-olah kotoran tapi sesungguhnya dengan keikhlasan dia menjadi makanan yang jika kita telan rasanya sangat lezat. Sudah mencapai level itu? Saya belum. Anda? Salam!
Editor Sugeng Purwanto