PWMU.CO – Dihadapkan pada persoalan remaja yang semakin kompleks, Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) harus mengkonsolidasikan diri. Predikat sebagai ormas teladan nasional, jangan sampai meninabobokan. Para kader IPM harus mampu berbuat lebih nyata, termasuk dalam program pendampingan teman sebaya.
Ajakan itu disampaikan Mubarok saat memberi materi “Menejemen Organisasi dan Ke-IPM-an”, dalam Pelatihan Kepemimpinan dan Kompetensi Siswa (PKKS) SMK Muhammadiyah se-Kabupaten Lamongan, di Bumi Perkemahan Mangrove, Jenu, Tuban, Jumat (14/10).
(Berita terkait: Nampakkan Bayangan Impian Anda pada Tokoh Idola, Kiat Sukses Meraih Mimpi ala Motivator Nurdin)
“Setiap individu mempunyai tanggungjawab menjaga wibawa organisasi,” kata Mubarok. Dia menjelaskan, hal mendesak yang perlu dirumuskan adalah program dakwah pendampingan teman sebaya. Aksi ini, kata dia, membutuhkan figur pelajar yang kuat baik di bidang aqidah, ibadah, dan akhlak. “Program itu tidak perlu menunggu perintah. Segera lakukan di tingkat sekolah, agar bisa langsung menyentuh person.”
Selain Mubarok, pemateri lain dari Pimpinan Daerah (PD) IPM Lamongan adalah Aris Syahroni yang menyampaikan materi “Teknik Persidangan” dan Dedi Kurniawan dengan materi “Administrasi Kesekretariatan”.
Tidak hanya teori dan kelas indoor, para Pimpinan Ranting (PR) IPM dan Pimpinan Qobilah Hizbul Wathan (HW) se-Kabupaten Lamongan yang mengikuti kegiatan ini juga mendapat materi outdoor berupa game team work. Dari game ini para pimpinan diharapkan mampu berperan maksimal untuk pengembangan organisasi.
(Baca juga: Sekolah Kebangsaan untuk Mencerdaskan Pelajar Indonesia dan Pelajar Jatim Harus Jadi Pionir Kemajuan Bangsa)
Sementara itu, pada sesi kedua diberikan materi seputar HW, yang meliputi kesandian, PBB, semapore, tali temali, dan pemantapan ke-HW-an. Materi disampaikan oleh Mohammad Rofiq dan Sande Ariawan dari Kwarda HW Lamongan. Pada kesempatan itu, Rofiq mengajak para kader HW untuk mewarisi jiwa kepanduan Panglima Besar Jenderal Sudirman. “HW di sekolah saudara tidak boleh redup apalagi mati”.
Kegiatan yang berlangsung 7 jam itu terlihat cair dan penuh gelak tawa meski tidak menghilangkan keseriusan para peserta. (M Su’ud)