PWMU.CO – Pengkaderan Muhammadiyah harus mampu menyentuh hal-hal yang bersifat kekinian dan kultural. Perlu pula dicari strategis pendekatan dengan komunitas-komunitas tertentu yang membutuhkan sentuhan humanis Muhammadiyah.
Hal itu disampaikan Drs Nurbani Yusuf MSi dalam Baitul Arqom Majelis Pendidikan Kader (MPK) Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kabupaten Malang, di Aula Basemen RS UMM, Ahad (6/11) lalu.
Nurbani mengatakan, kelompok kultural seperti Bantengan atau Jaran Kepang harus bisa didekati Muhammadiyah. “Sebagai daerah pendidikan dan wisata, Kota Malang tentu banyak dihuni oleh para pendatang. Karena itu Muhammadiyah harus mampu berperan aktif dan bersinergi untuk berdakwah pada masyarakat yang majemuk ini,” jelasnya.
(Berita terkait: Perkuat Kaderisasi untuk Jaga Ideologi dan Ghiroh Dakwah Muhammadiyah)
Pada kesempatanyang sama, Ketua MPK Ahad Abdul Jalil SAg MPd menyampaikan bahwa data warga Muhammadiyah Kabupaten Malang sudah saatnya di-up date untuk memperjelas kuantitas kader. “Supaya tidak ada lagi klaim-klaim kosong yang sulit dibuktikan dalam hal data tertentu,” ujarnya di hadapan 100 peserta dari seluruh unsur MPK PCM se-kabupaten Malang itu.
Sebagai informasi, MPK PDM Kabupaten Malang telah mengadakan pendataan warga Muhammadiyah se-Kabupaten Malang, baik yang ber-KTA maupun simpatisan. Pendataan dilakukan dengan membagikan blangko semacam kartu keluarga (KK). Nantinya, blangko itu akan direkap menjadi database.
(Baca juga: Baitul Arqam, Tonggak Awal Pengkaderan Islam)
Sementara itu, Wakil Ketua PDM Kabupaten Malang Drs Ridwan Joharmawan MSi menambahkan, Muhammadiyah Kabupaten Malang sudah saatnya merumuskan kebutuhan-kebutuhan pelatihan yang bisa disesuaikan dengan kondisi kader saat ini. “Supaya tertib dan efektif dalam ber-Muhammadiyah yang berkemajuan, para kader perlu dibekali pemahaman aturan organisasi dalam ber-Muhammadiyah.”
Ridwan mengharapkan, perlahan Muhammadiyah Kabupaten Malang akan menjadi percontohan dalam hal perkaderan, baik secara kuantitas maupun kualitas. (Izzuddin)