Bukan artis sinetron, tapi Hamka yang harusnya diidolakan para pemuda. Demikian catatan Mahyuddin, guru SMP Muhammadiyah 10 Sidoarjo (Miosi).
PWMU.CO – Pemuda adalah manusia yang sedang menapaki kurva naik dalam kehidupan. Juga sedang mencari dan memantapkan diri akan sebuah jati diri, mencari passion, dan tidak lupa berjuang mendewasakan diri. Mencari jati diri, mencari passion, dan proses mendewasakan diri banyak di pengaruh berbagai hal.
Salah satu yang memengaruhi adalah tokoh idola. Begitu pentingnya tokoh idola memengaruhi pola pikir dan sudut pandang kehidupan, yang bisa berakibat pada karakter seorang pemuda. Maka, diperlukan peran pendidikan di sekolah maupun keluarga, untuk mengarahkan seorang pemuda dalam menemukan tokoh idola. Jangan sampai mereka mengidolakan tokoh-tokoh dalam sinetron, yang cenderung mengajarkan gaya hidup hedon, hidup hanya untuk senang-senang.
Padahal kehidupan merupakan lahan berjuang, mendewasakan diri, berkarya, berbagi dengan sesama, dan meninggalkan warisan keturunan yang kuat secara keilmuan maupun materi. Maka sebaiknya, pemuda diarahakan memilih tokoh idola yang tepat. Yang bisa memotivasi diri, mengajarkan integritas, bisa membakar semangat belajar, dan mengajarkan perjuangan. Salah satu tokoh yag pantas dijadikan idola pemuda hari ini yaitu Hamka, nama pena dari Prof DR H Abdul Malik Karim Amrullah.
Bukan Artis, tapi Hamka-lah Idola Sebenarnya
Kenapa Hamka? Karena dia merupakan pembelajar. Semangat belajar Buya Hamka sudah ditunjukan sejak muda, yaitu suka merantau dari daerah ke daerah lainnya. Dari guru satu ke guru lainnya. Pada usia 16 tahun, Hamka sudah merantau dari Padang Panjang menuju Pulau Jawa.
Di Jawa, Hamka belajar ilmu agama. Salah satu gurunya adalah HOS Tjokroaminoto. Semangat belajar membuatnya selalu merasa haus akan ilmu. Singkat cerita Hamka pernah belajar ke Mekkah. Merantau memang membuat alur pemikiran dan sudut pandang kehidupan lebih mengalir.
Dari semangat belajar yang dimilikinya, menjadikan Hamka mahir dalam banyak hal. Itulah semangat belajar yang luar biasa darinya. Hamka dikenal sebagai salah satu sastrawan hebat yang pernah dimiliki Indonesia. Dia juga menjadi salah satu aktor politik dan pergerakan pada zamannya. Selain itu, dia adalah pendakwah hebat dengan tutur katanya yang menerangi jiwa hampa.
Karya yang melegenda seperti Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, Di Bawah Lindungan Ka’bah, dan lain-lain. Dan karya terbesarnya yaitu Tafsir Al-Azhar. Karya tersebut mulai ditulis ketika Hamka dipenjara pada 1964-1966, dengan tuduhan pro-Malaysia. Sungguh luar biasa hikmah yang bisa diambil dari perjalanan kehidupannya. Perjalanan kehidupan yang dilalui dengan belajar, berkarya, dan mengabdi. Belajar akan banyak hal, berkarya dalam goresan pena, dan mengabdi lewat politik.
Perjalanan kehidupan yang menginspirasi untuk selalu belajar, berkarya, dan mengabdi. Sehingga ketika para pemuda mengidolakan Buya Hamka, diharapkan dapat mengetuk hatinya untuk belajar, berkarya, dan juga mengabdi.
Co-Editor Darul Setiawan. Editor Mohammad Nurfatoni.