Tiga Tari Ini Menggambarkan Kehidupan Masyarakat Sidoarjo. Liputan kontributor Sidoarjo PWMU.CO Suwidiyanti
PWMU.CO – Tiga tari khas Sidoarjo ikut memeriahkan acara penerimaan rapor semester genap SMA Muhammadiyah 2 (Smamda) Sidoarjo di Auditorium AR Fachrudin Smamda, Sabtu (24/6/2023).
Pertama Tari Kepis Ronjot yang dibawakan oleh tiga siswa gabungan dari kelas X-11 dan X-3 yakni Azzahra Salsabilla Putri Ressa, Shafiyyah Putri, dan Ghina Mogha
Pendamping tim tari Suwidiyanti MPd mengungkapkan tampilan tari ini merupakan gelar karya Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) untuk kelas X pada tema Kearifan Lokal Sidoarjo.
“Gelar karya ini sekaligus dijadikan satu dengan momen pengambilan rapor semester genap agar orang tua juga bisa melihat penampilan putra-putrinya sekaligus memperkenalkan tari khas Sidoarjo kepada masyarakat,” ujar Dian begitu dia disapa.
Ia menambahkan, Tari Kepis Ronjot menceritakan tentang kehidupan seorang nelayan pencari Kupang. Gerakan tarinya menirukan para nelayan saat mencari kupang. Di tangannya ada bakul kecil alias ronjot.
Tarian tersebut dimulai dengan gerakan menyelam, lalu berlanjut dengan menggoyang-goyangkan bakul yang seolah berhasil menjaring banyak Kupang.
Sejarah Kehidupan Putri Terung
Kedua Tari Putri Ontjat yang dipersembahkan oleh perwakilan kelas X-4, X-6, dan X-9
Tarian ini dibawakan oleh sembilan anak yaitu Lifya Rama Syafira, Raissa Oktavia Ramadhani, Mutiara Gendhis Mawaddah, Amira Zahra Adelita, Syahratu Cinta Danisha, Hauqalah Din Raki, Indira Latifa Hanum, Kinanti Tsabitah Ariani, dan Nabilah Naafi Syaharani.
Lifya Rama Syafira salah satu penari menjelaskan tari ini menggambarkan sejarah kehidupan Putri Terung atau Ontjat dengan masyarakat sekitar di era Majapahit.
“Raden Putri Ayu Ontjat Tondo Wurung merupakan anak dari seorang Adipati yang menjadi penguasa di wilayah Sidoarjo,” tutur Lifya.
Pada zaman Majapahit, lanjutnya, wilayah ini bernama Kadipaten Terung yang dipimpin oleh Prabu Brawijaya V. Peninggalan kerajaan Majapahit masih dapat ditemui di Desa Terung Wetan, Kecamatan Krian Sidoarjo.
Lifya melanjutkan penjelasannya, “Kami dituntut untuk menghayati tiap gerakan tari agar bisa menggambarkan makna tari yang akan disampaikan.”
Menggambarkan Kehidupan para Istri Nelayan
Tampilan ketiga adalah Tari Banjar Kemuning. Penarinya adalah gabungan dari kelas X-1, X-5, dan X-6.
Mereka adalah Gita Maharani Marlita, Farah Nadila Pramesti, Aulia Nasya Devina, Nailah Khoirunnisa Putri Abdurrahman, dan Ni’matul ‘Aysya Tsaaniyah.
Ni’matul ‘Aysya Tsaaniyah, Ketua Tari Banjar Kemuning, menuturkan tari ini terinspirasi dari kisah masyarakat Desa Banjar Kemuning di Kecamatan Sedati, Sidoarjo, Jawa Timur.
Banjar Kemuning yang berada di kawasan pesisir timur Sidoarjo itu memiliki karakter sosial kemasyarakatan dengan mata pencaharian sebagai nelayan.
“Tari banjar kemuning menggambarkan kehidupan para istri nelayan yang sangat tegar dan gigih dalam menghadapi kesulitan kehidupan, saat ditinggal para suaminya untuk mencari ikan di lautan,” imbuhnya
Ia menambahkan, tari ini merupaka nprojek kedua di kelas X yang bertujuan untuk membangun tiga dimensi Profil Pelajar Pancasila yaitu Berkebhinekaan Global, Bernalar Kritis, dan Kreatif.
Dia mengatakan, “Pada projek ini kami belajar mengenal budaya nasional dan daerah, mempertahankan budaya lokal dalam kehidupan sehari-hari melalui aksi nyata eksplorasi dan kampanye sederhana kearifan lokal daerah Sidoarjo dalam bentuk tari.” (*)
Editor Mohammad Nurfatoni