PWMU.CO – ‘Aisyiyah adalah gerakan perempuan Islam yang lahir pada tahun 1917. Sebagai salah satu komponen strategis di Persyarikatan Muhammadiyah, ‘Aisyiyah yang kini telah memasuki abad ke 2 diharapkan bisa menguatkan gerakan berkemajuannya.
”Aisyiyah itu gerakan. Jadi harus aktif, harus ada action. Kalau pasif, tidak ada action, berarti bukan gerakan,” kata Dra Siti Dalilah MAg menegaskan dalam materi akhir Darul Arqam Pimpinan Nasyi’atul Aisyiyah Jawa Timur, Senin (19/6).
(Baca: Kalah Seksi dengan Berita Politik, Kasus Perempuan dan Anak Jarang Jadi Perhatian Media)
Ketua Pimpinan Wilayah Aisyiyah (PWA) Jatim ini mengungkapkan, kehadiran ‘Aisyiyah merupakan langkah ijtihad dalam menerjemahkan nilai-nilai ajaran Islam menghadapi struktur sosial yang dipengaruhi paham agama dan budaya yang membelenggu dunia perempuan.
”Aisyiyah yang dulu dikenal dengan nama sopo tresno ini memiliki prinsip yang sampai sekarang dipegang yaitu bil hikmah wal mauidhotul khasanah,” jelasnya.
Dalilah menyampaikan bahwa membangun social capital melalui amal usaha yang dimotori para penggiat di berbagai level organisasi merupakan salah satu strategi gerakan ‘Aisyiyah berkemajuan.
(Berita Terkait: Nasyiah Butuh Konflik, Benarkah? dan Ini 2 Aspek dari Islam Berkemajuan)
”Sebelum Indonesia merdeka, ‘Aisyiyah sudah memiliki masa media yang bernama Suara ‘Aisyiyah tahun 1926,” kata beliau saat memberikan contoh strategi ke dua yaitu memajukan dakwah melalui mass media.
Menutup materi akhir kegiatan yang telah berlangsung 2 hari di SMA Muhammadiyah 2 Surabaya ini, wanita asal Dukun, Gresik itu menjelaskan bahwa Darul Arqam adalah salah satu wujud gerakan pencerahan dan gerakan keilmuan untuk mencetak Tunas ‘Aisyiyah Berkemajuan.(tari/aan)