Penulis Achmad Hidayatullah (Dosen UM Surabaya/Alumni University of Szeged)
PWMU.CO – Mendapatkan gelar sebagai negara paling ramah terhadap perempuan, berdasarkan riset tentang Woman Peace Security (WPS) yang dilakukan oleh Peace Research Institute Oslo (PRIO), Denmark menjadi tempat pilihan yang tidak mungkin tidak saya masukkan dalam list destinasi perjalanan. Saya pun menikmati keindahan negara tersebut dalam sebuah travelling singkat saat musim libur.
Agar keindahan dan kenyamanan hidup di negara tersebut, bisa terasa atau setidaknya membangunkan imajinasi orang yang belum pernah ke Eropa, maka cerita singkat ini akan memberikan gambaran perjalanan saya di salah satu negara Scandinavia tersebut.
Pada saat musim libur setelah ujian, saya bersama teman-teman melakukan perjalanan ke Copenhagen, ibukota dari Denmark. Dengan menggunakan waktu sekitar 1 jam lebih dari bandara Budapest, saya pun mendarat di bandara Copenhagen. Sedangkan dari bandara menuju pusat kota memerlukan waktu sekitar 20 menit.
Nyhavn (New Harbour)
Saat sampai di kota ini, nampak begitu bahagianya Masyarakat di negara ini, seolah tidak ada masalah dalam kehidupan keseharian. Saya cukup terpesona dengan keindahan bangunan, arsitektur, kebersihan lingkungan, orang-orang berlalu Lalang dengan rambut blonde. Nyvhavn atau Pelabuhan di Tengah kota Copenhagen adalah tempat yang pertama saya kunjungi.
Area ini seperti sebuah pelabuhan kecil yang berada di perkotaan. Kanal air yang menjadi tempat perahu khusus wisata air seolah membelah kota Copenhagen menjadi dua bagian. Pada kedua sisi Pelabuhan ini, banyak perahu-perahu kecil beserta restoran. Warnah gedung di kedua sisi kanal berwarna warni menjadikan kota semakin tampak indah.
Area ini menjadi tempat favorit bagi wisatawan untuk mengambil foto. Sayapun menikmati keindahan kota tersebut dengan menyisir Pelabuhan tersebut. Melihat Masyarakat yang berjalan di kota itu, gedung-gedung modern, dan kanal yang bersih, betapa terasanya kedamaian di kota Copenhagen.
Namun jangan salah, Pelabuhan dan sekelilingnya super indah dan nyaman untuk pelancong tersebut, dulunya merupakan tempat yang kumuh. Bahkan Pelabuhan yang telah ada sejak abad ke 17 tersebut, masih menjadi tempat kumuh pada abad ke 20. Bahkan Navyhan dulunya, menjadi Pelabuhan yang sering dikunjungi oleh pelaut kumuh yang membawa keledai.
Pada perang dunia kedua, banyak tantara Denmark yang kehilangan nyawa. Sehingga di ujung Pelabuhan ini, ada monument jangkar kapal yang besar. Sebagai pengingat dan penghormatan terhadap pasukan yang telah gugur pada era tersebut. Namun, kini area Navyhan menjadi kota modern yang berwarna seirama dengan gedung-gedung klasik dan penuh warna di sisi-sisi kanal.