PWMU.CO – Mahasiswa Relawan Siaga Bencana (Maharesigana) Stikes Muhammadiyah Bojonegoro mengikuti kegiatan Latihan Gabungan Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC) Jawa Timur di Trenggalek pada hari Jumat-Minggu (10-12/01/2025).
Kegiatan yang dilaksanakan selama tiga hari ini diisi dengan beberapa materi, yaitu Manajemen Pos Koordinasi (Poskor), Psikososial, Logistik, Search and Rescue, serta Dapur Umum.
Dalam klaster Manajemen Posko terdapat beberapa materi yang disampaikan oleh empat narasumber di antaranya yaitu Konsep Bencana, Penugasan Relawan, Incident Command System (ICS), Pembentukan Posko dan Posyandu, serta Pembuatan Dokumentasi.
“Indonesia merupakan negara rawan bencana, bahkan Indonesia merupakan laboratorium bencana,” kata salah satu pemateri, Agung Wijaya.
Ia juga menyampaikan bahwa setiap bencana memiliki karakteristiknya masing-masing. Patahan lempeng, baik yang besar maupun kecil, dapat meningkatkan risiko terjadinya tsunami. Maka dari itu, tugas manajemen posko mencakup pembuatan struktur koordinasi, melakukan kajian atau asesmen, memberikan data yang akurat, serta mengelola anggaran dana dengan baik.
Narasumber lainnya, Fery Indrawan SPi MP juga menambahkan bahwa terdapat beberapa hal yang harus dicantumkan dalam Si Trep, yaitu informasi kunci seperti jenis bencana, waktu kejadian, lokasi kejadian, korban dampak bencana, dan lokasi posko. Selain itu, juga perlu dicantumkan kronologi kejadian, situasi terkini, lokasi pendampingan, respons Muhammadiyah, informasi kebutuhan, struktur posko, dan kontak person.
Sementara itu, dalam klaster Psikososial terdapat beberapa materi yaitu Kesehatan mental dan Psychological First Aid (PFA) dalam konteks bencana, prinsip perlindungan, pemberdayaan komunitas melalui Pendekatan psikologi dalam konteks bencana, dan self care dalam konteks bencana.
“PFA sangat penting dalam mengurangi dampak negatif stres akibat bencana,” ujar salah satu Narasumber, Elza Nabilla Zahra.
Ia juga menjelaskan bahwa para peserta juga diajak untuk berpartisipasi dalam kegiatan kelompok agar dapat mengidentifikasi reaksi psikologis penyintas serta memperkuat dukungan dari keluarga dan komunitas. Dalam hal ini, kelompok rentan yang memerlukan perhatian khusus meliputi anak-anak, lansia, perempuan, dan penyandang disabilitas.
Selain itu, dalam sesi ini juga dijelaskan mengenai Self Care dalam Konteks Bencana, di antaranya yaitu:
1. Pentingnya Perawatan Diri
Relawan sering menghadapi situasi stres tinggi, sehingga penting menjaga kesehatan fisik dan mental untuk mencegah kelelahan atau burnout.
2. Pencegahan dan Penanganan Psikologis
‣ Sebelum Bertugas: Siapkan fisik, mental, dan pemahaman peran melalui pelatihan.
‣ Selama Bertugas: Jaga pola makan, tidur, ibadah, olahraga, dan empati. Bagikan pengalaman positif dan tetap jaga jarak emosional.
‣ Setelah Bertugas: Beristirahat, kembali ke rutinitas, dan berbagi pengalaman bila perlu.
3. Strategi Mengelola Stres
Kenali reaksi stres, pahami kelebihan dan kelemahan diri, serta lakukan teknik relaksasi untuk menjaga keseimbangan mental.
Dalam klaster Logistik, materi yang disampaikan meliputi Pengantar Logistik dan Standar Minimum Bantuan, Manajemen Logistik, serta Penerimaan dan Pengiriman Barang.
Dalam klaster ini, juga dibahas bahwa dalam konteks pengungsian, perencanaan kebutuhan dasar seperti air, sanitasi, gizi, makanan, dan pelayanan kesehatan sangat penting untuk memastikan kesejahteraan pengungsi. Selain itu, diperlukan denah lokasi yang mencakup sarana dan prasarana pendukung untuk pengungsi, sehingga bantuan dapat disalurkan dengan tepat dan efektif.
Sementara itu, dalam Klaster Search and Rescue (SAR) terdapat 2 materi yaitu navigasi darat dan juga water rescue.
Materi Navigasi Darat disampaikan oleh Ahmad Mufattachi Hafidh AR M, Syahrul Hibban Izzulhaq SPsi, serta Arief Wibowo. Materi ini mencakup rencana operasi SAR, pemahaman arah mata angin, koordinat, peta, perencanaan perjalanan operasi SAR, serta teknik navigasi menggunakan peta dan kompas.
Sementara, materi water rescue disampaikan oleh Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Basarnas) Trenggalek. Materi yang disampaikan meliputi perlengkapan yang digunakan dalam water rescue, pengoperasian perahu, serta teknik pertolongan di air.
Pada klaster terakhir yaitu klaster Dapur Umum dibahas mengenai Angka Kecukupan Gizi (AKG) Kelompok Khusus dalam Bencana yang disampaikan oleh Dosen Program Studi Teknologi Pangan di Fakultas Pertanian-Peternakan Universitas Muhammadiyah Malang, Rista Anggriani STP MP MSc.
Rista menyampaikan bahwa Kegiatan dan Tugas Ahli Gizi di daerah bencana yaitu menjelaskan peran ahli gizi dalam memberikan pelayanan gizi di daerah pengungsian.
Ia juga menyampaikan mengenai prinsip dan tata cara penggunaan AKG, yang menguraikan cara menentukan jumlah dan jenis komposisi pangan yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan gizi, dengan mempertimbangkan keanekaragaman bahan makanan serta kebutuhan khusus untuk bayi dan anak. (*)