
PWMU.CO – Kota Madiun yang dikenal sebagai ‘Kota Pendekar’ memiliki potensi besar untuk mengembangkan pencak silat sebagai wisata budaya memiliki daya tarik luar biasa.
Potensi besar wisata budaya sebagai ‘Kota Pendekar’ ini menjadi fokus penelitian yang dilakukan dosen program studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Muhammadiyah Madiun (Ummad), Awit Isthigfarin SIKom MMedKom.
Awit Isthigfarin mengkaji pencak silat yang merupakan seni bela diri tradisional ini dapat dikemas sebagai soft power promosi pariwisata sekaligus memperkuat identitas budaya daerah.
Dalam penelitian yang telah dilakukan, Awit Istighfarin menemukan fakta bahwa pencak silat tidak hanya memiliki nilai-nilai sejarah dan filosofis yang kuat. Namun juga mampu menarik wisatawan, baik dalam negeri maupun luar negeri apabila dikelola dengan baik.
“Pencak silat bukan sekadar olahraga bela diri, tetapi juga warisan budaya yang memiliki daya tarik wisata. Jika dikembangkan dengan strategi komunikasi yang tepat, Kota Madiun bisa menjadi pusat wisata budaya berbasis seni bela diri,” ungkap Istighfarin dalam pemaparan hasil penelitiannya.
Dalam penelitian ini, Awit Istighfarin menyoroti beberapa aspek penting dalam pengembangan wisata berbasis pencak silat, termasuk peran komunitas pesilat, atraksi seni bela diri, serta festival yang dapat dikemas sebagai daya tarik wisata.
Selain itu, Istighfarin juga menekankan pentingnya dukungan pemerintah daerah dalam mengintegrasikan pencak silat ke dalam agenda promosi pariwisata Madiun.
Sejumlah rekomendasi utama juga dibuat Awit Istighfarin dalam penelitian ini. Mulai dari pengembangan paket wisata budaya yang mencakup pelatihan pencak silat bagi wisatawan, pertunjukan seni bela diri, serta kunjungan ke padepokan-padepokan pencak silat ternama di Madiun.
“Selain itu, kolaborasi dengan sektor ekonomi kreatif juga dinilai penting untuk menciptakan produk-produk berbasis Pencak Silat, seperti suvenir, pakaian khas pesilat, hingga film dokumenter tentang sejarah dan filosofi bela diri ini,” terang Awit Istighfarin.
Awit Istighfarin menerangkan, tim peneliti Ummad telah merancang beberapa rencana guna mengimplementasikan hasil penelitian yang diperoleh.
Pertama, melakukan penyusunan kurikulum wisata pencak silat. Dalam hal ini, peneliti dari UMMAD akan bekerjasama dengan komunitas pesilat dan dinas pariwisata guna merancang program pelatihan pencak silat bagi wisatawan.
“Cakupan program penyusunan kurikulum ini terkait dengan pengenalan sejarah, filosofi, serta teknik dasar bela diri,” jelas Istighfarin.
Kedua, kolaborasi dengan pemerintah dan komunitas dengan cara tim peneliti akan melakukan audiensi dengan dinas pariwisata dan komunitas pencak silat untuk merancang konsep paket wisata budaya berbasis Pencak Silat, termasuk pertunjukan reguler dan pengalaman interaktif bagi wisatawan.
“Ketiga, Festival Pencak Silat sebagai agenda tahunan. Sebagai bagian dari promosi wisata, akan diusulkan penyelenggaraan Festival Pencak Silat skala nasional dan internasional yang melibatkan perguruan silat dari berbagai daerah dan negara,” terang Istighfarin.
Keempat, pengembangan media digital untuk promosi penelitian ini dengan pembuatan konten digital seperti dokumenter, vlog, dan media sosial yang memperkenalkan keunikan pencak silat dan budaya Madiun kepada audiens global.
“Dengan adanya rencana tindak lanjut ini, penelitian diharapkan tidak hanya menjadi kajian akademik semata, tetapi juga dapat berdampak langsung pada peningkatan daya tarik wisata Kota Madiun. Jika strategi ini berhasil, Madiun berpeluang menjadi pusat wisata budaya berbasis seni bela diri yang dikenal di tingkat nasional maupun internasional,” jelas Istighfarin.(*)
Penulis Pujoko Editor Zahrah Khairani Karim