PWMU.CO – Proklamasi kemerdekan Indonesia dibacakan oleh Bung Karno bulan Ramadan 17 Agustus 1945. Selanjutnya seminggu setelah Idul Fitri, Bung Karno memerintahkan ajudannya untuk mengumpulkan semua elemen masyarakat di Istana Negara.
”Setelah semua elemen masyarakat berkumpul, ajudan Bung Karno menanyakan: akan dibuat acara apa untuk elemen masyarakat itu? Kemudian Bung Karno menjawab: halal bihalal,” demikian dikisahkan Ustadz Abdul Haris dalam acara Silaturrahim Guru – Karyawan SD Muhammadiyah 4 Surabaya pada Sabtu (30/6/2018) di aula Din Syamsuddin TMB lantai 4.
“Itulah asal mula halal bihalal yang merupakan budaya asli Indonesia,” sambung pria yang menjabat sekretaris Majelis Tarjih dan Tajdid PWM Jawa Timur itu.
Dia menjelaskan, menurut Majelis Tarjih hukum halal bihalal adalah mubah, selama memberi manfaat dan keberkahan. Menurutnya, halal bihalal mempunyai manfaat yang sangat besar dalam menjalin silaturrahim baik antarsesama umat Islam, sesama warga masyarakat, dan sesama rekan kerja.
“Orang-orang di dalam Persyarikatan Muhammadiyah harus menjalin silaturrahim agar tercipta persatuan dan kekompakan. Jangan sampai paham-paham di luar Muhammadiyah merasuk kemudian menggerogoti persyarikatan dari dalam,” tuturnya.
Dosen FAI Universitas Muhammadiyah Surabaya itu berpesan kepada umat Islam umumnya dan warga Muhammadiyah khususnya untuk senantiasa menjaga persatuan menghindari perpecahan. “Dalam kitab Firqah An Najiyah, perpecahan bisa terjadi karena 2 hal, yaitu fanatik berlebihan dan egoisme,” ujarnya. (Anang)