PWMU.CO – Dalam konteks kehidupan berbangsa, kepemimpinan profetik merupakan potret kepemimpinan yang didambakan masyarakat Indonesia saat ini. Demikian disampaikan Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah DR Haedar Nashir dalam Pidato Kebangsaan di Dome Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Ahad (12/8).
Di hadapan ribuan masyarakat dari penjuru nusantara Haedar menjelaskan kepemimpinan profetik merupakan kepemimpinan yang memiliki komitmen terhadap kebenaran. Ia kepemimpinan yang berpihak pada hak-hak masyarakat serta mengutamakan kepentingan bangsa dan negara di atas segalanya.
“Kepemimpinan profetik memiliki kualitas ruhaniah yang memadukan keseimbangan hablun mimnallah dan hablun minannas serta lingkungannya untuk membangun peradaban hidup yang utama,” tegas Haedar.
Haedar menjelaskan kepemimpinan profetik mampu memadukan kekuatan visi, pengambilan keputusan, memiliki kapabilitas, integritas dan akseptabilitas yang kuat. Semua hal itu sebagai manifestasi kenegarawanan dan mampu memecahkan persoalan-persoalan bangsa.
“Dalam sistem pemerintahan, kepemimpinan profetik itu harus mampu memberi keteladanan, bersikap adil pada semua golongan ataupun kelompok. Kepemimpinan seperti inilah yang akan membuat masyarakat mau berjuang, berkorban, bahkan rela mati demi pembangunan dan kemajuan,” tandas Haedar.
Menurut Haedar, kepemimpinan profetik memiliki setidaknya tujuh kriteria. Pertama adalah, relegius. “Kata harus sejalan dengan tindakan, juga bertanggung jawab,” ujar penulis buku “Islam Syariah” itu.
Kriteria kedua pemimpin profetik adalah mempunyai visi dan karakteristik yang kuat sebagai negarawan. “Mengutamakan kepentingan bangsa dan negara ketimbang diri sendiri, partai politik, dan kroni”.
Ketiga, berani mengambil berbagai keputusan strategis dan memecahkan persoalan krusial bangsa. Kriteria Keempat, mewujudkan good governance. “Tegas dalam pemberantasan korupsi, penegakan hukum serta menyelamatkan aset dan kekayaan Negara.”
Kelima, menjaga kewibawaan dan kedaulatan nasional dari berbagai ancaman dari dalam dan luar negeri. Keenam, melepaskan jabatan partai politik dan fungsi-fungsi lain yang dapat menimbulkan konflik kepentingan serta mengganggu jalannya pemerintahan dalam memimpin bangsa dan negara. Terakhir, memiliki strategi perubahan yang membawa pada kemajuan bangsa.
Haedar menandaskan bahwa para pemimpin di berbagai sektor mulai dari pusat hingga daerah harus memiliki dan menjunjung tinggi kebenaran (shidiq), kejujuran (amanah), menyampaikan kebenaran dan kejujuran (tabligh), dan cerdas dalam mengelola aset negara (fathanah).
“Keteladanan elite menjadi kunci penting bagi tumbuhnya kepercayaan, sebagai pusat identifikasi diri bagi rakyat serta menjadi modal sosial dan ruhaniah yang berharga untuk kemajuan bangsa” tandas Haedar.
Siapakah pemimpin profetik yang punya tujuh kriteria itu? Semoga segera muncul untuk memimpin bangsa ini menuju arah kebaikan dan kebajikan. (uzlifah)