Pemimpin Redaksi PWMU.CO, Agus Wahyudi, menjadi pemateri dalam Training Marketing pada Pelayanan Kesehatan bertajuk “Digital Marketing, Strategi Branding, dan Handling Complain di Rumah Sakit/Klinik Muhammadiyah–Aisyiyah Jawa Timur”.
Pelatihan tersebut berlangsung di Southern Hotel, Jalan Raya Jemursari, Surabaya, Sabtu (15/11/2025), dan diikuti oleh para staf marketing rumah sakit serta klinik Muhammadiyah–’Aisyiyah dari berbagai daerah di Jawa Timur.
Dalam paparannya, Agus Wahyudi menegaskan bahwa tantangan branding rumah sakit Islam di era digital tidak lagi sesederhana memasang slogan atau visual menarik.
“Di tengah derasnya arus informasi, rumah sakit harus mampu tampil sebagai lembaga kesehatan yang profesional, modern, dan tetap menjunjung nilai-nilai Islami,” katanya.
Citra RS Islam, sebuy dia, tidak cukup hanya ditopang akhlak tenaga medis atau fasilitas yang baik. Di ruang digital, reputasi dibangun setiap hari melalui bagaimana kita bercerita, merespons komplain, dan menyampaikan nilai-nilai kebaikan.
Menurut Agus, publik saat ini membangun persepsi melalui jejak digital. Karena itu, konten tulisan menjadi sarana efektif untuk menanamkan kepercayaan masyarakat. Tulisan adalah cara membangun kredibilitas.
“Dan bagi Muhammadiyah–’Aisyiyah, menulis itu adalah dakwah bil qalam,” imbuhnya.
Kunci Efektivitas Penyampaian Pesan
Dalam sesi materi, Yudi menguraikan bagaimana sebuah konten bekerja di dalam ekosistem digital. Dia memaparkan bahwa sumber pembaca terbesar datang dari dua kanal, yakni direct traffic (pengunjung yang langsung mengunjungi website), dan organic traffic (pembaca yang menemukan artikel melalui Google atau media sosial.
Karena itu, pemilihan kata kunci menjadi sangat krusial. Dia mencontohkan bagaimana preferensi khalayak lebih condong pada kata-kata sederhana.
“Orang lebih banyak mencari ‘TV’ dibanding ‘televisi’. Hal kecil seperti ini menentukan apakah konten kita ditemukan atau tenggelam,” jelasnya.
Yudi mendorong peserta memanfaatkan Google Trends untuk mengetahui kata kunci yang paling relevan dan sering dicari masyarakat.
Yudi juga memberikan panduan teknis menulis konten berkualitas untuk rumah sakit. Langkah pertama, katanya, adalah menerapkan pendekatan 5W+1H agar tulisan informatif dan mudah dipahami.
“Jika menulis tentang pelayanan rumah sakit yang amanah, jangan hanya menyebutkan programnya. Tunjukkan bagaimana nilai Muhammadiyah itu diwujudkan, siapa yang berperan, dan apa dampaknya bagi masyarakat,” terangnya.
Selain itu, dia mengingatkan pentingnya memilih perspektif yang tidak pasaran. Sebagai contoh, tulisan tentang zikir dan penyembuhan dapat dibuat lebih menarik dengan angle berbeda. Bukan sekadar “Manfaat Zikir dalam Penyembuhan”, melainkan “Bagaimana Zikir Menguatkan Imun Tubuh”.
Ia juga mendorong peserta membuat tulisan yang kaya data dan konteks. Misalnya, membandingkan praktik pengobatan Islam dengan pendekatan Barat. Perbandingan memberi perspektif baru dan membuat tulisan lebih bagus.
Data dan riset, lanjutnya, adalah unsur penting dalam memperkuat argumen. Pembaca era digital semakin kritis dan membutuhkan dasar yang jelas dalam setiap informasi.
Tidak kalah penting, kata Yudi, adalah gaya bertutur yang menarik. Tulisan berbasis cerita lebih mudah melekat dalam ingatan pembaca. Ia mencontohkan bagaimana menulis berita tentang dosen Muhammadiyah yang meraih gelar doktor, tidak hanya menyebutkan fakta akademiknya tetapi juga menggambarkan karakter pribadi seperti kerendahan hati, kegemaran membaca, dan etos kerja.
“Cerita membuat rumah sakit lebih manusiawi. Dan publik membutuhkan kedekatan emosional itu,” ujarnya.
Pada sesi akhir, Yudi menegaskan bahwa penanganan komplain adalah bagian penting dari strategi branding rumah sakit. Kesalahan tidak selalu merusak reputasi, tetapi cara rumah sakit merespons dapat menentukan kepercayaan publik. (*)


0 Tanggapan
Empty Comments