Ketua Majelis Pendidikan Dasar Menengah dan Pendidikan Nonformal (Dikdasmen dan PNF) Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur, Prof Khozin MSi, menyampaikan sejumlah saran agar sekolah Muhammadiyah tetap mampu bertahan (survival). Hal itu ia sampaikan saat manajemen review di SMK Muhammadiyah 2 (SMK Muda) Genteng, Ahad (31/8/2025).
Kegiatan manajemen review ini dihadiri Wakil Ketua PWM Jatim Bidang Pendidikan, Dr Hidayatullah MSi, bersama jajaran majelis dan Lembaga Pengawas Keuangan. Kehadiran mereka untuk melihat perkembangan sekaligus memberi masukan bagi keberlangsungan sekolah Muhammadiyah di Banyuwangi.
Di hadapan tim manajemen SMK Muda Genteng, Prof Khozin menekankan pentingnya improvisasi dalam pembelajaran kelas. “Ini cara kita untuk menjaga agar sekolah tetap survival ke depannya,” ujarnya.
Ia juga menekankan perlunya pemetaan (mapping) prestasi akademik maupun nonakademik sekolah. Menurutnya, banyak sekolah belum mampu meraih prestasi akademik yang baik karena kurang serius menggarap aspek tersebut.
“Berapa persen jumlah siswa yang mampu meraih prestasi akademik? Ini pekerjaan kita yang masih banyak dan harus dikerjakan,” tegasnya.
Selain itu, pemetaan terhadap sumber daya manusia (SDM), terutama guru, juga menjadi perhatian penting. Jangan sampai sekolah berhenti pada posisi aman tanpa melakukan improvisasi.
“Berapa yang sudah S-2 sesuai kebutuhan,” tambahnya.
Prof Khozin menyarankan agar wakil bidang SDM membuat perencanaan dengan mengirim guru magang ke Balai Latihan Kerja (BLK), misalnya untuk belajar bahasa Jepang atau bahasa Inggris. Sementara itu, wakil bidang Ismuba dapat melakukan pemetaan kemampuan siswa dalam membaca Al-Quran. “Untuk maju harus kereng,” candanya yang disambut senyum peserta.
Ia juga mengingatkan perlunya perencanaan strategis jangka pendek, menengah, dan panjang. Jika sekolah ingin bertaraf internasional, maka perencanaan harus jelas, termasuk menyiapkan kelas bilingual berbahasa Inggris dan Jepang.
“Kompetensi manajerial seperti ini penting dilakukan, jangan hanya wacana dan tidak bekerja,” pesannya.
Prof Khozin menambahkan, Muhammadiyah sudah memiliki instrumen Muhammadiyah Future School (MFS) yang dapat digunakan sekolah untuk evaluasi diri dan penjaminan mutu. “Sunnah hasanah hukumnya tiap semester melakukan perencanaan secara komprehensif,” katanya.
Menutup arahannya, ia berpesan agar internasionalisasi di sekolah Muhammadiyah dimulai dari hal sederhana. “Biasakan murid dan guru memakai bahasa Inggris,” ucapnya. (*)


0 Tanggapan
Empty Comments